Selasa, 18 Juni 2013

HAKIKAT SEJARAH FILSAFAT


HAKIKAT SEJARAH FILSAFAT

Bagaimanakah filsafat tercipta ? Apa yang menyebabkan manusia berfilsafat ? sesungguhnya ada empat hal yang merangsang manusia untuk berfilsafat, yaitu : ketakjuban, ketidakpuasan,  hasrat bertanya dan keraguan.

1. Ketakjuban
Banyak filsuf mengatakan bahwa yang menjadi awal kelahiran filsafat adalah thaumasia (kekaguman, keheran, atau ketakjuban). Dalam karyanya yang berjudul Metafisika, Aristoteles mengatakan bahwa karena ketakjuban manusia mulai berfilsafat. Pada mulanya manusia takjub  memandang benda-benda aneh di sekitarnya, lama kelamaan ketakjubannya semakin terarah pada hal-hal yang lebih luas dan besar, seperti perubahan dan peredaran bulan, matahari, bintang-bintang, dan asal mula alam semesta.
Objek ketakjuban ialah segala sesuatu yang ada dan dapat diamati. Itulah sebabnya, bagi Plato pengamatan terhadap bintang-bintang, matahari, dan langit merangsang manusia untuk melakukan penelitian. Penelitian terhadap apa yang diamati demi memahami hakikatnya itulah yang melahirkan filsafat.

2. Ketidakpuasan
Sebelum filsafat lahir, berbagai mitos dan mite memainkan peranan yang amat penting dalam kehidupan manusia. Berbagai mitos dan mite berupaya menjelaskan asal mula dan peristiwa-peristiwa yang terjadi di alam semesta serta sifat-sifat peristiwa itu. Akan tetapi, ternyata penjelasan dan keterangan yang diberikan oleh mitos dan mite-mite itu makin lama makin tidak memuaskan manusia. Ketidakpuasan inilah yang membuat manusia terus menerus mencari penjelasan dan keterangan yang lebih pasti dan meyakinkan.
Manusia yang terus menerus mencari penjelasan dan keterangan yang lebih pasti dan meyakinkan itu lambat laun mulai berpikir secara rasional. Akibatnya, akal budi semakin berperan. Berbagai mitos dan mite yang diwariskan oleh tradisi turun temurun semakin tersisih dari peranannya semula yang begitu besar dan lahirlah filsafat, yang pada masa itu mencakup seluruh ilmu pengetahuan yang ada dan telah dikenal.

3. Hasrat bertanya
Ketakjuban manusia telah melahirkan pertanyaan-pertanyaan, dan ketidakpuasan manusia membuat pertanyaan-pertanyaan itu tak kunjung habis. Pertanyaanlah yang membuat manusia melakukan pengamatan, penelitian, dan penyelidikan. Ketiga hal itulah yang menghasilkan penemuan baru yang semakin memperkaya manusia dengan pengetahuan yang terus bertambah.

4. Keraguan
Manusia selaku penanya mempertanyakan  sesuatu dengan maksud untuk memperoleh kejelasan dan keterangan mengenai sesuatu yang dipertanyakan itu.
Manusia bertanya bisa karena ia masih meragukan kejelasan dan kebenaran dari apa yang telah diketahuinya. Jadi, jelas terlihat bahwa keraguanlah yang turut merangsang manusia untuk bertanya dan terus bertanya, yang kemudian menggiring manusia untuk berfilsafat.


     


SEJARAH FILSAFAT YUNANI MASA PRA SOCRATES, PLATO, DAN ARISTOTELES


SOCRATES
     Filsafat Pra Socrates adalah filsafat yang dilahirkan karena kemenangan akal atas dongeng yang diterima dari agama yang memberitahukan tentang asal muasal segala sesuatu baik di dunia maupun manusia para pemikir atau ahli filsafat yang disebut orang bijak yang mencari-cari  jawabannya sebagai akibat terjadinya alam semesta beserta isinya tersebut.
      Pemikiran filusuf inilah yang memberikan asal muasal segala sesuatu baik di dunia maupun manusia yang menyaebabkan akal manusia tiak puas dengan keterangan dongeng tersebut dengan dimulai oleh akal manusia untuk mencari-cari dengan akalnya dari mana asal alam semesta yang menakjubkan itu.
      Filsafat Pra Socrates dapat dikatakan bahwa mereka adalah filsafat alam artinya para ahli pikir yang menjadikan alam yang luas dan penuh keselarasan yang menjadi sasaran para ahli filsafat tersebut, atau objek pemikirannya adalah alam semesta. Tujuan filosofi mereka adlam memikirkan soal alam besar darimana terjadinya alam itulah yang menjadi sentral persoalan bagi mereka, pemikiran yang demikian itu merupakan pemikiran yang sangat maju, rasional dan radikal. Sebab pada waktu itu kebanyakan orang menerima begitu saja keadaan alam seperti apa yang dapat ditangkap dengan indranya, tanpa mempersoalkannya lebih jauh. Sedang di lain pihak orang cukup puas menerima keterangan tentang kejadian alam dari cerita nenek moyang.
Para filusuf pada masa ini yaitu : Thales, anaximandros, Anaximenes, Herakleitos, Pythagoras, Parmenides, Demokritos.

1.     Thales (625-545 SM)
Nama Thales muncul atas penuturan sejarawan herodotus pada abad ke-5 SM. Thales sebagai salah satu dari tujuh orang bijaksana (Seven Wise Men of Greece). Salah satu jasanya yang besar adalah meramal gerhana matahari pada tahun 585 SM.
Thales mengembangkan filsafat alam kosmologi yang mempertanyakan asal mula, sifat dasar, dan struktur komposisi dari alam semesta. Sebagai ilmuwan pada masa itu ia mempelajari magnetisme dan listrik yang merupakan pokok soal fisika. Thales merupakan ahli matematika yang pertama dan juga sebagai the father of deductive reasonising (bapak penalaran deduktif).

2.     Anaximandros (640 – 546 SM)
Anaximandros adalah salah satu murid Thales. Ia adalah orang pertama yang mengarang suatu traktat dalam kesusateraaan Yunani, dan berjasa dalam bidang astronomi, geografi. Sehingga ia orang pertama yang membuat peta bumi. Meskipun ia murid Thales namun ia mempunyai prinsip dasar alam satu akan tetapi bukanlah dari jenis benda alam seperti air sebagaimana yang dikatakan oleh gurunya
Prinsip dasar alam haruslah dari jenis yang tak terhitung dan tak terbatas yang oleh dia disebut Apeiron yaitu zat yang tak terhingga dan tak terbatas dan tidak dapat dirupakan tidak ada persamaannnya dengan apapun. Meskipun tentang teori asal kejadian alam tidak begitu jelas namun dia adalah seorang yang cakap dan cerdas. Pendapatnya yang lain, bumi seperti sislinder, lebarnya tiga kali lebih besar dari tingginya. Sedangkan bumi tidak terletak atau bersandar pada sesuatu pun.

3.     Anaximenes
Anaximenes berpendapat bahwa udara merupakan asal usul segala sesuatu. Udara melahirkan semua benda dalam alam semesta ini karena suatu proses pemadatan dan pengeceran, kalau udara semakin bertambah maka muncullah berturut-turut angin, air, tanah dan akhirnya batu. Sebaliknya kalau udara itu menjadi encer yang timbul adalah api.
Pandangan Anaximenes tentang susunan jagat raya pasti merupakan kemunduran dibandingkan dengan Anaximandros. Menurut Anaximenes bumi yang berupa meja bundar katanya melayang di atas udara. Demikian pun matahari, bulan dan bintang. Badan-bdan jasad raya itu tidak terbenam di bawah bumi sebagaimana yang dipikirkan Anaximandros tetapi mengelilingi bumi yang datar itu, matahari lenyap pada waktu malam tertutup di belakang bagian-bagian tinggi.

4.     Herakleitos (535 – 475 SM)
Ia lahir di Ephesus, sebuah kota perantauan di Asia Kecil, dan merupakan kawan dari Pythagoras, akan tetapi lebih tua. Ia mendapat julukan si gelap, karena untuk menelusuri gerak pikirannya sangat sulit. Hanya dengan melihat fragmen-fragmennya, ia mempunyai kesan berhati tinggi dan sombong, sehingga ia mudah mencela kebanyakan manusia untuk mengatakan jahat dan bodoh, juga mencela orang-orang terkemuka di negeri Yunani. Pemikiran filsafatnya yang terkenal dengan filsafat menjadi.
Heraclitos mengemukakan pendapatnya, bahwa segala yang ada selalu berubah dan sedang menjadi, ia mempercayai bahwa arche (asas yang pertama dari alam semesta) adalah api. Karena api dianggapnya sebagai lambang perubahan dan kesatuan. Api mempunyai sifat memusnahkan segala yang ada, dan mengubahnya sesuatu itu menjadi abu dan asap. Walaupun sesuatu itu apabila dibakar menjadi abu dan asap, toh adanya api tetap ada. Segala sesuatunya berasal dari api, dan akan kembali menjadi api.

5.     Pythagoras (± 572 – 497 SM)
Mengenai riwayat hidupnya, ia dilahirkan di Pulau Samos, Ionia. Tanggal dan tahunnya tidak diketahui secara pasti. Ia juga tidak meninggalkan tulisan-tulisan sehingga apa yang diketahui tentang Pythagoras diperlukan kesaksian-kesaksian.di dalam kota kelahirannya Pythagoras mendirikan suatu tarekat beragama yang bersifat religious, merkea menghormati dewa Apollo. Menurut kepercayaan Pythagoras manusia asalnya Tuhan jiwa itu adalah penjelmaan dari Tuhan yang jatuh ke dunia karena berdosa dan dia akan kembali ke langit ke dalam lingkungan Tuhan bermula, apabila sudah habis dicuci dosanya itu, hidup di dunia ini adalah persediaan buat akhirat.
Pythagoras juga disebut sebagai ahli pikir, terutama dalam ilmu matematik dan ilmu berhitung. Falsafah pemikirannya banyak diilhami oleh rahasia angka-angka. Dunia angka adalah dunia kepastian dan dunia ini erat hubungannya dengan dunia bentuk. Dari sini dapat dilihat kecakapannya dia dalam matematik mempengaruhi terhadap pemikiran filsafatnya sehingga pada segala keadaan ia melihat dari angka-angka dan merupakan paduan dari unsure angka.

6.     Parmenides (540 – 475 SM)
     Ia lahir di kota Elea, kota perantauan Yunani di Italia Selatan. Kebesarannya sama dengan kebesaran Heracleitos. Dialah yang pertama kali memikirkan hakikat tentang ada (being).
Menurut pendapatnya, apa yang disebut sebagai realitas adalah bukan gerak dan perubahan. Hal ini berbeda dengan pendapat Heracleitos, yaitu bahwa realitas adalah gerak dan perubahan.

7.     Democritus (460 – 370 SM)
Democritus yang lahir di Abdera di pesisir Tharake di Yunani Utara. Karena ia berasal dari keluarga yang kaya raya, maka dengan kekayannya itu ia bepergian ke Mesir dan negeri-negeri Timur lainnya. Dari karya-karyanya ia telah mewariskan sebanyak 70 karangan tentang bermacam-macam masalah, seperti : kosmologi, matematika, astronomi, logika, etika, teknik, musik, puisi dan lain-lainnya. Sehingga ia dipandang sebagai seorang sarjana yang menguasai banyak bidang.
Menurut pendapatnya, atom-atom itu selalu bergerak, berarti harus ada runag kosong. Sebab satu atom hanya dapat bergerak dan menduduki satu tempat saja. Sehingga Demoritos berpendapat bahwa realitas itu ada dua, yaitu atom itu sendiri (yang penuh), dan ruang tempat atom bergerak (yang kosong
PLATO
     Plato dilahirkan di Athena pada tahun 427 SM dan meninggal di sana pada tahun 347 SM dalam usia 80 tahun. Nama asalnya ialah Aristokles, guru senamnya kemudian memberi nama Plato. Ia memperoleh nama itu karena bahunya yang lebar. Sepadan dengan badannya yang tinggi dan tegap.
     Pelajaran yang diperoleh pada masa kecilnya, selain dari pelajaran umum ialah menggambar dan melukis, disambung dengan belajar music dan puisi. Sebagaimana hanya anak orang baik-baik pada masa itu, Plato mendapat didikan dari guru-guru filsafatnya. Pelajaran filsafat mula-mula diperolehnya dari Kratylos. Kratylos adalah murid Herakleitos yang mengajarkan “semuanya berlalu” seperti air. Rupanya ajaran semacam itu tidak hinggap di dalam kalbu anak aristocrat yang terpengaruh oleh tradisi keluarganya.
     Sejak berumur 20 tahun, Plato mengikuti pelajaran Socrates. Pelajaran itulah yang memberi kepuasan baginya. Ia menjadi murid Socrates yang setia. Sampai akhir hidupnya, Socrates tetap menjadi pujaannya. Dalam karangannya yang selalu berbentuk dialog, bersoal-jawab, Socrates didudukkannya sebagai pujangga yang menuntun. Plato mempunyai kedudukan yang istimewa sebagai seorang filosof. Ia pandai menyatukan puisi dan ilmu, seni dan filsafat. Pandangan yang dalam dan abstak sekalipun dapat dilukiskannya dengan gaya bahasa yang indah.
     Tak lama sesudah Scratis meninggal, Plato pergi ke Athena. Itulah permulaan ia mengembara dua belas tahun lamanya, dari tahun 399 SM- 387 SM. Mula-mula ia pergi ke Megara, kemudian ia pergi ke Kyrena untuk memperdalam pengetahuannya tentang matematik pada seorang guru bernama Theodoras. Di sana, Plato juga mengajarkan filsafat dan mengarang buku-buku. Kemudian, ia pergi ke Italia Selatan dan terus ke Sirakusa di pulau Sisilia, yang pada waktu itu diperintah oleh seorang tiran, sang pemerkosa, yang bernama Dionysios. Di situ, Plato mengenal ipar raja Dionysios. Yang masih muda bernama Dion, yang akhirnya menjadi sahabat karibnya. Di antara mereka berdua sepakat, supaya Plato mempengaruhi Dionysios dengan ajaran filsafatnya, agar tercapai perbaikan social.
     Perjuangannya menghadapi tantangan yang berat, filsafatnya justru membosankan Dionysios. Yang lebih mengerikan, filsafat Plato di tuding sebagai ajaran yang membahayakan bagi kerajaan. Plato ditangkap dan dijual sebagai budak. Nasib baik bagi Plato, di pasar budak, ia dikenal oleh seorang bekas muridnya, Annikeris, dan ditebusnya. Peristiwa ini diketahui oleh sahabat dan pengikut-pengikut Plato dari Athena. Mereka bersama-sama mengumpulkan uang untuk mengganti harga penebus yang dibayar oleh Annikeris. Akan tetapi, dia menolak penggantian itu dengan kata-kata” Bukan tuan-tuan saja yang mempunyai hak untuk memelihara seorang Plato” Akhirnya, uang yang terkumpul dipergunakan untuk membeli sebidang tanah yang diserahkan kepada Plato untuk dijadikan lingkungan sekolah tempat ia mengajarkan filsafatnya. Di situlah didirikan rumah sekolah dan pondok-pondok yang sekitarnya di hiasi kebun-kebun yang indah. Tepat itu diberi nama” Akademia”. Di situlah Plato,sejak berumur 40 tahun, pada tahun 387 SM sampai meninggalnya dalam usia 80 tahun, mengajarkan filsafatnya dan mengarang tulisan-tulisan yang terkenal sepanjang masa.
     Sebagaimana Socrates, ia menggunakan metode dialog untuk mengantarkan filsafatnya. Namun, kebenaran umum(definisi) menurutnya bukan dibuat dengan cara dialog yang induktif sebagaimana cara yang digunakan Socrates. Pengertian umum (difinisi) menurut Plato sudah tersedia di sana di alam idea.
     Sebagai konsep dari pandangannya tentang dunia idea, dalam masalah etika, ia berpendapat bahwa orang yang berpengetahuan dengan pengertian yang bermacam-macam sampai pengertian tentang ideanya, dengan sendirinya akan berbuat baik. Budi adalah tahu. Siapa yang tahu akan di dunia idea tidak akan berbuat jahat.
     Hal yang penting juga untuk diketahui dari filsafat Plato adalah pemikiran dia tentang Negara. Menurutnya, dalam tiap-tiap negara, segala golongan dan semua orang adalah alat semata-mata untuk kesejahteraan semuanya. Kesejahteraan semua itulah yang menjadi tujuan yang sebenarnya. Itu pulalah yang menentukan nilai pembagian pekerjaan. Dalam Negara yang ideal, golongan pengusaha menghasilkan, tetapi tidak memerintah. Golongan penjaga memberi perlindungan, tetapi tidak memerintah. Golongan cerdik pandai diberi makan dan dilindungi, dan mereka memerintah.
     Oleh karena itu, Negara ideal bergantung pada budi penduduknya dan pendidikan menjadi urusan yang terpenting bagi Negara. Menurut Plato, pendidikan anak-anak dari umur 10 tahun ke atas menjadi urusan Negara, supaya mereka terlepas dari pengaruh orang tuanya. Dasar yang terutama bagi pendidikan anak-anak ialah gymnastic (senam) dan music. Namun, gymnastic didahulukan. Gymnastic menyehatkan badan dan pemikiran. Setelah itu, diberikan pelajaran membaca, menulis, dan berhitung seberapa perlunya. Anak-anak berumur 14 sampai 16 tahun,diajarkan music dan puisi serta mengarang bersajak. Musik menanamkan perasaan yang halus dalam jiwa manusia. Karena music, jiwa kenal akan harmoni dan irama. Kedua-duanya adalah landasan yang baik untuk menghidupkan rasa keadilan. Dari umur 16 sampai 18 tahun, anak-anak yang menjelang dewasa diberi pelajaran matematik untuk mendidik jalan pikirannya. Di samping itu, diajarkan pula kepada mereka dasar-dasar agama dan adab sopan, supaya di kalangan mereka tertanam rasa persatuan. Plato mengatakan bahwa suatu bangsa tidak akan kuat, kalau ia tidak percaya kepada tuhan. Dari umur 18 sampai 20 tahun pemuda mendapat didikan militer.
     Pada umur 20 tahun diadakan seleksi yang pertama. Murid-murid yang maju dalam ujian itu mendapat didikan ilmiah yang mendalam dalam bentuk yang lebih teratur. Pendidikan otak,jiwa, dan badan sama beratnya, sampai 10 tahun datanglah seleksi yang kedua yang syaratnya lebih berat dan teliti. Yang jatuh dapat di terima sebagai pegawai negeri. Yang maju dan sedikit jumlahnya meneruskan pelajaran 5 tahun lagi dan di didik ajaran tentang idea dan dialektika. Setelah tamat pelajaran itu, mereka dapat memangku jabatan yang lebih tinggi. Kalau sudah15 tahun bekerja dan mencapai umur 50 tahun, mereka di terima masuk dalam pengalaman mereka dalam teori dan praktek sudah di anggap cukup untuk melaksanakan tugas yng tertinggi dalam Negara:menegakkan keadilan berdasarkan idea kebaikan.
      Paham Plato tentang pembentukan dunia ini berdasar pada pendapat Empedokles bahwa alam ini tersusun dari empat anasir yang asal, yaitu api, udara, air, dan tanah. Akan tetapi, tentang proses pembangunan seterusnya berlainan pendapatnya. Menurut Plato, Tuhan sebagai pembangun alam menyusun anasir yang empat itu dalam berbagai bentuk menjadi satu kesatuan. Ke dalam bentuk yang satu itu, Tuhan memasukkan jiwa dunia yang akan menguasai dunia ini. Oleh karena itu, pembangunan dunia itu sekaligus menentukan sikap hidup manusia dalam dunia ini. Sepadan dengan itu, pendapat Plato tentang Nomoi (hukum). Di situ terdapat uraian yang panjang lebar tentang syarat-syarat hidup bernegara.
     Pokok filosofi Plato ialah mencari pengetahuan tentang pengetahuan. Ia bertolak dari ajaran gurunya Socrates yang mengatakan “budi ialah tahu”. Budi yang berdasarkan pengetahuan menghendaki suatu ajaran tentang pengetahuan sebagai dasar filosofi. Pertentangan antara pikiran dan pandangan menjadi ukuran bagi Plato. Pengertian yang mengandung pengetahuan dan yang dicarinya bersama-sama dengan Socrates. Pengetahuan bukan dari pengalaman, karena pengalaman hanya alasan untuk menuju pengertian yang diperoleh atas usaha akal sendiri. Demikian pula dengan penglihatan, itu semua semata-mata jebakan atas keberadaan hakekat sesuatu.
     Pendapat ini diteruskan oleh Plato dalam filsafat bahasanya. Contoh: pembicaraan antara dua orang, apa yang sebab mereka saling mengerti? Bagaimana pendapat mereka tentang suatu pengertian bisa serupa atau berbeda? Kata tak lain hanyalah bunyi. Bagaimana kata itu bias mempunyai arti? Pendengaran bunyi kata itu tidak menentukan maksud kata yang terdengar itu. Kata-kata sebagai bunyi hanya merupakan symbol dari sesuatu yang terletak dibelakangnya.
     Sekarang, bagaimana hubungan antara pikiran dan pengalaman? Untuk menggambarkannya, Plato melahirkan dua macam dunia, yaitu dunia yang kelihatan dan bertubuh dan dunia yang tidak kelihatan dan tak bertubuh. Dunia yang kelihatan dan bertubuh adalah dunia yang lahir, terdiri dari barang-barang yang dapat dilihat dan dialami, yang senantiasa berubah menurut ruang dan waktu. Dunia tidak kelihatan dan tidak bertubuh adalah dunia yang dari idea,tetap, dan tidak berubah-rubah.
     Idea menurut pahamPlato tidak saja pengertian jenis, tetapi juga bentuk dari keadaan yang sebenarnya. Idea bukanlah suatu pikiran, melainkan suatu realita.Dunia bertubuh adalah dunia yang dapat diketahui dengan pandangan dan pengalaman. Dalam dunia itu semuanya bergerak dan senantiasa berubah, tidak ada yang tetap dan kekal.
     Suatu contoh hubungan itu dapat dilihat dalam konsep matimatika. Matematika bekerja dengan segitiga, lingkaran, dan bulat, yang tidak terdapat dalam dunia yang lahir. Semua itu adalah gambaran dari idea yang hidup dalam dunia yang tidak kelihatan, dunia atas. Simbol dari realitas yang sebenarnya.
     Menurut Platto, sebanyak pengertian, sebanyak itu pula jenis idea.Terhadap tiap pengertian yang bersangkutan dengan barang, sifat, hubungan, ada idea yang bertepatan. Akan tetapi, seluruh dunia idea itu merupakan satu kesatuan yang di dalamnya terdapat tingkatan derajat. Idea yang tertinggi ialah idea kebaikan, sebagai tuhan yang membentuk dunia.
     Antara dunia yang bertubuh dan dunia yang tidak bersetubuh dibentangkannya suatu daerah perpisahan. Daerah itu ialah daerah lukisan matematik: angka-angka dan bangunan-bangunan ilmu ukur. Matematik adalah alat yng akurat dan tepat untuk menaikkan system penglihatan dan meningkat secara berangsur-angsur dengan urutan yang tepat.
     Gagasan Plato tentang alat media telah membuka filsafat berikutnya tentang etika Plato. Etika Plato bersifat rasional dan mencerminkan intelektual yang tinggi. Dasar ajarannya ialah mencapai budi baik. Budi ialah tahu. Orang yang berpengetahuan dengan sendirinya berbudi baik.
     Tujuan hidup ialah mencapai kesenangan hidup. Yang dimaksud dengan kesenangan hidup itu bukanlah memuaskan hawa nafsu di dunia ini. Kesenangan hidup diperoleh dengan pengetahuan yang tepat tentang nilai kebendaan yang dituju.
     Menurut Plato, ada dua macam Budi:
Pertama, budi filosofi yang timbul dari pengetahuan dengan pengertian.
Kedua, budi biasa yang terbawa oleh kebiasaan orang banyak.
     Tujuan budi filosofi terletak di dalam dunia yang tidak kelihatan. Tujuan budi biasa ialah barang-barang keperluan hidup di dunia ini.Oleh karena itu, tujuannya berlainan, daerah berlakunya berlainan juga.
     Pandangan Plato tentang Negara dan luasnya masih terpaut pada masanya. Ia lebih memandang ke belakang daripada ke muka. Kota adalah sutu institusi yang menentukan. Karena kota itulah, orang-orang mendapat penghargaan. Dengan prinsip bahwa kepentingan umum harus didahulukan daripada kepentingan pribadi.
     Peraturan yang mendasar untuk mengurus kepentingan umum menurut Plato- tidak boleh diputuskan oleh kemauan atau pendapat personal atau oleh rakyat seluruhnya, melainkan ditentukan oleh suatu ajaran yang berdasarkan pengetahuan dan pengertian. Dari ajaran itu, datanglah keyakinan bahwa pemerintahan harus dipimpin oleh idea yang tertinggi, yaitu idea kebaikan. Kemauan untuk melaksanakan itu bergantung pada budi. Tujuan pemerintah yang benar ialah mendidik warga-warga mempunyai budi. Manusia memperoleh budi yang benar hanya dari pengetahuan. Oleh karena itu, ilmu harus berkuasa di dalam Negara.
     Negara menurut Plato adalah manusia dalam ukuran besar. Kita tidak dapat mengharapkan Negara menjadi baik, apabila kelakuan orang-orangnya tidak bertambah baik.
     Keadilan dalam negarahanya tercapai, apabila tiap-tiap orang mengerjakan pekerjaan yang bermanfaat. Keadilan bagi orang-seorang akan terjadi apabila segala bagian dari jiwanya, baik yang berkuasa maupun yang mengabdi, mengerjakan pekerjaannya sendiri-sendiri. Pembagian pekerjaan adalah dasar bagi Plato untuk mencapai perbaikan hidup.
ARISTOTELES
     Dalam teks bahasa Inggris, nama Aristoteles ditulis Aristotle, dan dalam teks Arab biasanya ditulis Aristutulis atau Aristu. Sedangkan dalam tulisan asli Yunani biasanya ditulis ‘Aριστοτέλης. Dia lahir 384 SM di Stagira, sebuah kota koloni di semenanjung Chalcidice, yang berada di wilayah Macedonia, yang terletak di sebelah utara Yunani, atau yang kini menjadi  Yunani Utara.  Dia meninggal tahun 322 SM.
     Sejak kecil, Aristoteles diasuh dan dididik oleh ayahnya sendiri dalam bidang kedokteran. Ayahnya berharap jika besar nanti, Aristoteles dapat menggantikan ayahnya sebagai dokter keluarga raja Macedonia.
     Aristoteles merupakan salah satu murid Plato yang sangat cepat dikenal karena dia tidak mau sekedar bernaung dibawah keagungan sang guru. Itu pula sebabnya dia dikenal sebagai murid “tukang kecam” dan senang mendebat sang guru yang banyak dihormati oleh banyak muridnya yang lain, kendati kecamannya sering kali tidak relevan, dan menunjukkan ketakfahamannya terhadap ajaran Plato. Namun, jika ditanya mengapa dia mengecam Plato, dia akan menjawab : “Amicus Plato, sed magis amica veritas” yang berarti “Plato kukasihi, tapi aku lebih mengasihi kebenaran.” Oleh karena itu, sebagian pakar berpendapat bahwa hubungan Aristoteles dan Plato sesungguhnya telah retak sejak jauh sebelum menjelang kematian Plato. Oleh sebab itu, Plato tidak menunjuk Aritoteles untuk menjadi penggantinya dalam memimpin Akademia, melainkan menunjuk Speusippos. Hal itu tentu sangat mengecewakan Aristoteles.
     Di tahun 342 SM Aristoteles menerima undangan khusus dari Philippos, raja Macedonia, agar dia bersedia mendidik putra mahkotanya, Alexandros atau Alexander. Undangan itu dipenuhi. Dia mendidik Alexandros selama dua tahun, dan berhasil mendidik calon pemimpin yang terampil, meski sebelumnya Alexandros dikenal sebagai seorang remaja yang serampangan, mudah tersinggung, mudah marah, dan berbagai perangai buruk lainnya.  Alexndros juga terkesan dengan pendidikan yang diberikan oleh Aristoteles, sehingga meskipun telah  dilantik menjadi pejabata raja pada 340, Alexandros tetap menghoramti Aristoteles sebagaimana menghormati ayahnya sendiri.
     Tahun 336 SM Philippos wafat dan digantikan oleh putra mahkota yang sudah dipersiapkan, yaitu Alexadros. Ia menaklukkan Persia dan berbagai tempat lainnya, yang di kemudian hari ternyata merupakan penaklukan dunia. Di saat Alexander berkuasa, Aristoteles kembali ke Athena. Ia kemudian mendirikan sekolah sendiri di Athena, yaitu di lapangan senam yang merupakan bagian dari halaman Kuil Dewa Apollo Lykeios (Dewa Pelindung terhadap serigala). Karena terletak di halam Kuil Lykeios, maka sekolah itu dinamakan Lykeion yang dalam bahasa Latin disebut Lyceum. Sekolah itu kemudian menjadi populer mengalahkan popularitas sekolah Isocrates yang selama ini telah berhasil mendidik para pemimpin Athena, dan berada di urutan kedua setelah Akademia Plato yang saat itu dipimpin oleh Xenakrates yang menggantikan Speusippos.
     Aristoteles jatuh sakit dan meninggal dunia pada 322 SM, yang kemungkinan disebabkan oleh pekerjaannya yang tak mengenal batas. Saat meninggal dunia, ia berumum sekitar enam puluh tahun.
      Filsafat Aristoteles berkembang dalam tiga tahapan yang pertama ketika dia masih belajar di Akademi Plato ketika gagasannya masih dekat dengan gurunya tersebut, kemudian ketika dia mengungsi, dan terakhir pada waktu ia memimpin Lyceum mencakup enam karya tulisnya yang membahas masalah logika, yang dianggap sebagai karya-karyanya yang paling penting, selain kontribusinya di bidang Metafisika, Fisika, Etika, Politik, Ilmu Kedokteran, Ilmu Alam dan karya seni.
     Di bidang ilmu alam, ia merupakan orang pertama yang mengumpulkan dan mengklasifikasikan spesies-spesies biologi secara sistematis. Karyanya ini menggambarkan kecenderungannya akan analisa kritis, dan pencarian terhadap hukum alam dan keseimbangan pada alam
     Berlawanan dengan Plato yang menyatakan teori tentang bentuk-bentuk ideal benda, Aristoteles menjelaskan bahwa materi tidak mungkin tanpa bentuk karena ia ada (eksis) Pemikiran lainnya adalah tentang gerak dimana dikatakan semua benda bergerak menuju satu tujuan, sebuah pendapat yang dikatakan bercorak teleologis. Karena benda tidak dapat bergerak dengan sendirinya maka harus ada penggerak dimana penggerak itu harus mempunyai penggerak lainnya hingga tiba pada penggerak pertama yang tak bergerak yang kemudian disebut dengan theos, yaitu yang dalam pengertian Bahasa Yunani sekarang dianggap berarti Tuhan.
     Logika Aristoteles adalah suatu sistem berpikir deduktif (deductive reasoning), yang bahkan sampai saat ini masih dianggap sebagai dasar dari setiap pelajaran tentang logika formal. Meskipun demikian, dalam penelitian ilmiahnya ia menyadari pula pentingnya observasi, eksperimen dan berpikir induktif (inductive thinking).
     Hal lain dalam kerangka berpikir yang menjadi sumbangan penting Aristoteles adalah silogisme yang dapat digunakan dalam menarik kesimpulan yang baru yang tepat dari dua kebenaran yang telah ada.
 Misalkan ada dua pernyataan (premis)
:
Setiap manusia pasti akan mati (premis mayor).
Sokrates adalah manusIa (premis minor)
Maka dapat ditarik kesimpulan bahwa Sokrates pasti akan mati
     Di bidang politik, Aristoteles percaya bahwa bentuk politik yang ideal adalah gabungan dari bentuk demokrasi dan monarki.
     Karena luasnya lingkup karya-karya dari Aristoteles, maka dapatlah ia dianggap berkontribusi dengan skala ensiklopedis, dimana kontribusinya melingkupi bidang-bidang yang sangat beragam sekali seperti Fisika, Astronomi, Biologi, Psikologi, Metafisika (misalnya studi tentang prisip-prinsip awal mula dan ide-ide dasar tentang alam), logika formal, etika, politik, dan bahkan teori retorika dan puisi.
     Di bidang seni, Aristoteles memuat pandangannya tentang keindahan dalam buku Poetike. Aristoteles sangat menekankan empirisme untuk menekankan pengetahuan.
 Ia mengatakan bahwa pengetahuan dibangun atas dasar pengamatan dan penglihatan.
 Menurut Aristoteles keindahan menyangkut keseimbangan ukuran yakni ukuran material. Menurut Aristoteles sebuah karya seni adalah sebuah perwujudan artistik yang merupakan hasil [[chatarsis]] disertai dengan estetika.
 Chatarsis adalah pengungkapan kumpulan perasaan yang dicurahkan ke luar.  Kumpulan perasaan itu disertai dorongan normatif.
 Dorongan normatif yang dimaksud adalah dorongan yang akhirnya memberi wujud khusus pada perasaan tersebut.
      Wujud itu ditiru dari apa yang ada di dalam kenyataan. aristoteles juga mendefinisikan pengertian sejarah yaitu Sejarah merupakan satu sistem yang meneliti suatu kejadian sejak awal dan tersusun dalam bentuk kronologi. Pada masa yang sama, menurut beliau juga Sejarah adalah peristiwa-peristiwa masa lalu yang mempunyai catatan, rekod-rekod atau bukti-bukti yang konkrit.
     Meskipun sebagian besar ilmu pengetahuan yang dikembangkannya terasa lebih merupakan penjelasan dari hal-hal yang masuk akal (common-sense explanation), banyak teori-teorinya yang bertahan bahkan hampir selama dua ribu tahun lamanya.
Hal ini terjadi karena teori-teori tersebut karena dianggap masuk akal dan sesuai dengan pemikiran masyarakat pada umumnya, meskipun kemudian ternyata bahwa teori-teori tersebut salah total karena didasarkan pada asumsi-asumsi yang keliru.
     Dapat dikatakan bahwa pemikiran Aristoteles sangat berpengaruh pada pemikiran Barat dan pemikiran keagamaan lain pada umumnya. Penyelarasan pemikiran Aristoteles dengan teologi Kristiani dilakukan oleh Santo Thomas Aquinas di abad ke-13, dengan teologi Yahudi oleh Maimonides (1135 – 1204), dan dengan teologi Islam oleh Ibnu Rusyid (1126 – 1198). Bagi manusia abad pertengahan, Aristoteles tidak saja dianggap sebagai sumber yang otoritatif terhadap logika dan metafisika, melainkan juga dianggap sebagai sumber utama dari ilmu pengetahuan, atau “the master of those who know”, sebagaimana yang kemudian dikatakan oleh Dante Alighieri.


SEJARAH FILSAFAT ABAD PERTENGAHAN

     Sejarah filsafat abad pertengahan dibagi menjadi dua zaman atau periode, yakni periode pratistik dan
periode skolastik .

PRATISTIK
    
     Patristik berasal dari kata Latin Patres yang berarti bapa-bapa greja, ialah ahli agama kristen pada abad permulaan agama kristen.
     Didunia barat agama katolik mulai tersebar dengan ajaranya tentang tuhan, manusia dan etikanya. Untuk mempertahankan dan menyebarkanya maka mereka menggunakan filsafat yunani dan memperkembangkanya lebih lanjut, khususnya menganai soal soal  tentang kebebasan manusia, kepribadian, kesusilaan, sifat tuhan. Yang terkenal Tertulianus (160-222), origenes (185-254), Agustinus (354-430),  yang sangat besar pengaruhnya (De Civitate Dei).
     Pratistik berasal dari kata latin prates yang berarti Bapa-Bapa Gereja, ialah ahli agama Kristen pada abad permulaan agama Kristen. Zaman ini muncul pada abad ke-2 sampai abad ke-7, dicirikan dengan usaha keras para Bapa Gereja untuk mengartikulasikan, menata, dan memperkuat isi ajaran Kristen serta membelanya dari serangan kaum kafir dan bid’ah kaum Gnosis. Bagi para Bapa Gereja, ajaran Kristen adalah filsafat yang sejati dan wahyu sekaligus. Sikap para Bapa Gereja terhadap filsafat yunani berkisar antara sikap menerima dan sikap penolakan. Penganiayaan keji atas umat Kristen dan karangan-karangan yang menyerang ajaran Kristen  membuat para bapa gereja awal memberikan reaksi pembelaan (apologia) atas iman Kristen dengan mempelajari serta menggunakan paham-paham filosofis.
     Akibatnya, dalam perjalanan waktu, terjadilah reaksi timbal balik, kristenisasi helenisme dan helenisasi kristianisme. Maksudnya, untuk menjelaskan dan membela ajaran iman Kristen, para Bapa Gereja memakai filsafat Yunani sebagai sarana (helenisme”di kristenkan”). Namun, dengan demikian, unsur-unsur pemikran kebudayaan helenisme, terutama filsafat Yunani, bisa masuk dan berperan dalam bidang ajaran iman Kristen dan ikut membentuknya (ajaran Kristen “di Yunanikan” lewat gaya dan pola argumentasi filsafat yunani). Misalnya, Yustinus Martir melihat “Nabi dan Martir” kristus dalam diri sokrates. Sebaliknya, bagi Tertulianus (160-222), tidak ada hubungan antaraAthena (simbol filsafat) dan Yerussalem (simbol teologi ajaran kristiani). Bagi Origenes (185-253) wahyu ilahi adalah akhir dari filsafat manusiawi yang bisa salah. Menurutnya orang hanya boleh mempercayai sesuatu sebagai kebenaran bila hal itu tidak menyimpang dari trasdisi gereja dan ajaran para rasul. Pada abad ke-5, Augustinus (354-430) tampil. Ajarannya yang kuat dipengaruhi neo-platonisme merupakan sumber inspirasi bagi para pemikir abad pertengahan sesudah dirinya selama sekitar 800 tahun.
     Zaman Patristik ini mengalami dua tahap:
1.    Permulaan agama Kristen. Setelah mengalami berbagai kesukaran terutama mengenai filsafat Yunani maka agama Kristen memantapkan diri. Keluar memperkuat gereja dan ke dalam menetapkan dogma-dogma.
2.    Filsafat Augustinus yang merupakan seorang ahli filsafat yang terkenal pada masa patristik. Augustinus melihat dogma-dogma sebagai suatu keseluruhan.
      Setelah berakhirnya zaman sejarah filsafat Barat Kuno dengan ditutupnya Akademia Plato pada tahun 529 oleh Kaisar Justinianus, karangan-karangan peninggalan para Bapa Gereja berhasil disimpan dan diwariskan di biara-biara yang , pada zaman itu dan berates-ratus tahun sesudahnya, praktis menjadi pusat-pusat intelektual berkat kemahiran para biarawan dalam membaca, menulis, dan menyalinnya ke dalam bahasa Latin-Yunani serta tersedianya fasilitas perpustakaan.

SCOLASTIK
   
     Zaman Skolastik dimulai sejak abad ke-9. Kalau tokoh masa Patristik adalah pribadi-pribadi yang lewat tulisannya memberikan bentuk pada pemikiran filsafat dan teologi pada zamannya, para tokoh zaman Skolastik adalah para pelajar dari lingkungan sekolah-kerajaan dan sekolah-katedral yang didirikan oleh Raja Karel Agung (742-814) dan kelak juga dari lingkungan universitas dan ordo-ordo biarawan.
     Dengan demikian, kata “skolastik” menunjuk kepada suatu periode di Abad Pertengahan ketika banyak sekolah didirikan dan banyak pengajar ulung bermunculan. Namun, dalam arti yang lebih khusus, kata “skolastik” menunjuk kepada suatu metode tertentu, yakni “metode skolastik”.  
     Dengan metode ini, berbagai masalah dan pertanyaan diuji secara tajam dan rasional, ditentukan pro-contra-nya untuk kemudian ditemukan pemecahannya. Tuntutan kemasukakalan dan pengkajian yang teliti dan kritis atas pengetahuan yang diwariskan merupakan ciri filsafat Skolastik.
     Sesudah agustinus: keruntuhan. Satu-satunya pemukir yang tampil kemuka ialah: Skotus Erigena (810-877). Kemudian: Skolastik, disebut demikian karena filsafat diajarkan pada universitas-universitas (sekolah) pada waktu itu. Persoalan-persoalan: tentang  pengertian-pengertian umum (pengaruh plato). Filsafat mengabdi pada theologi. Yang terkenal: Anselmus (1033-1100), Abaelardus (1079-1142). Periode ini terbagi menjadi tiga tahap:
1.      Periode Skolstik awal (800-120)
Ditandai dengan pembentukan metode yang lahir karena hubungan yang rapat antara agama dan filsafat. Ditandai oleh pembentukan metode yang lahir karena hubungan yang rapat antara agama dan filsafat. Yang tampak pada permulaan ialah persoalan tentang universalia. Ajaran Agustinus dan neo-Platonisme mempunyai pengaruh yang luas dan kuat dalam berbagai aliran pemikiran.
Pada periode ini, diupayakan misalnya, pembuktian adanya Tuhan berdasarkan rasio murni, jadi tanpa berdasarkan Kitab Suci (Anselmus dan Canterbury). Selanjutnya, logika Aristoteles diterapkan pada semua bidang pengkajian ilmu pengetahuan dan “metode skolastik” dengan pro-contra mulai berkembang (Petrus Abaelardus pada abad ke-11 atau ke-12). Problem yang hangat didiskusikan pada masa ini adalah masalah  universalia dengan konfrontasi antara “Realisme” dan “Nominalisme” sebagai latar belakang problematisnya. Selain itu, dalam abad ke-12, ada pemikiran teoretis mengenai filsafat alam, sejarah dan bahasa, pengalaman mistik atas kebenaran religious pun mendapat tempat.
Pengaruh alam pemikiran dari Arab mempunyai peranan penting bagi perkembangan filsafat selanjutnya. Pada tahun 800-1200, kebudayaan Islam berhasil memelihara warisan karya-karya para filsuf dan ilmuwan zaman Yunani Kuno. Kaum intelektual dan kalangan kerajaan Islam menerjemahkan karya-karya itu dari bahasa Yunani ke dalam bahasa Arab. Maka, pada para pengikut Islam mendatangi Eropa (melalui Spanyol dan pulau Sisilia) terjemahan karya-karya filsuf Yunani itu, terutama karya-karya Aristoteles sampai ke dunia Barat. Dan salah seorang pemikir Islam adalah Muhammad Ibn Rushd (1126-1198). Namun jauh sebelum Ibn Rushd, seorang filsuf Islam bernama Ibn Sina (980-1037) berusaha membuat suatu sintesis antara aliran neo-Platonisme dan Aristotelianisme.
Dengan demikian, pada gilirannya nanti terbukalah kesempatan bagi para pemikir kristiani Abad Pertengahan untuk mempelajari filsafat Yunani secara lebih lengkap dan lebih menyeluruh daripada sebelumnya. Hal ini semakin  didukung dengan adanya biara-biara yang antara lain memeng berfungsi menerjemahkan, menyalin, dan memelihara karya sastra.
2.      Periode puncak perkembangan skolastik (abad ke-13)
Periode puncak perkembangan skolastik : dipengaruhi oleh Aristoteles akibat kedatangan ahli filsafat Arab dan yahudi. Filsafat Aristoteles memberikan warna dominan pada alam pemikiran Abad Pertengahan. Aristoteles diakui sebagai Sang Filsuf, gaya pemikiran Yunani semakin diterima, keluasan cakrawala berpikir semakin ditantang lewat perselisihan dengan filsafat Arab dan Yahudi. Universitas-universitas pertama didirikan di Bologna (1158), Paris (1170), Oxford (1200), dan masih banyak lagi universitas yang mengikutinya. Pada abad ke-13, dihasilkan suatu sintesis besar dari khazanah pemikiran kristiani dan filsafat Yunani. Tokoh-tokohnya adalah Yohanes Fidanza (1221-1257), Albertus Magnus (1206-1280), dan Thomas Aquinas (1225-1274). Hasil sintesis besar ini dinamakan summa (keseluruhan).
3.      Periode Skolastik lanjut atau akhir (abad ke-14-15)
Periode skolastik Akhir abad ke 14-15 ditandai dengan pemikiran islam yang berkembang kearah nominalisme ialah aliran yang berpendapat bahwa universalisme tidak memberi petunjuk tentang aspek yang sama dan yang umum mengenai adanya sesuatu hal. Kepercayaan orang pada kemampuan rasio member jawaban atas masalah-masalah iman mulai berkurang. Ada semacam keyakinan bahwa iman dan pengetahuan tidak dapat disatukan. Rasio tidak dapat mempertanggungjawabkan ajaran Gereja, hanya iman yang dapat menerimanya.
Salah seorang yang berfikir kritis pada periode ini adalah Wiliam dari Ockham (1285-1349). Anggota ordo Fransiskan ini mempertajam dan menghangatkan kembali persoalan mengenai nominalisme yang dulu pernah didiskusikan. Selanjutnya, pada akhir periode ini, muncul seorang pemikir dari daerah yang sekarang masuk wilayah Jerman, Nicolaus Cusanus (1401-1464). Ia menampilkan “pengetahuan mengenai ketidaktahuan” ala Sokrates dalam pemikiran kritisnya:”Aku tahu bahwa segala sesuatu yang dapat ku ketahui bukanlah Tuhan”. Pemikir yang memiliki minat besar pada kebudayaan Yunani-Romawi Kuno ini adalah orang yang mengatur kita memasuki zaman baru, yakni zaman Modern, yakni zaman Modern yang diawali oleh zaman Renaissans, zaman “kelahiran kembali” kebudayaan Yunani-Romawi di Eropa mulai abad ke-16.
Baru sesudah tahun 1200 filsafat berkembang kembali berkat pengaruh filsafat araab yang diteruskan ke Eropa.




SEJARAH FILSAFAT MODERN (Masa Renaissance)
Renaissance berarti “lahir kembali”. Pengertian riilnya adalah manusia mulai memiliki kesadaran-kesadaran baru yang mengedepankan nilai dan keluhuran manusia. Suasana dan budaya berpikirnya memang melukiskan “kembali” kepada semangat awali, yaitu semangat filsafat Yunani kuno yang mengedepankan penghargaan terhadap kodrat manusia itu sendiri.
Zaman renaissance sering disebut sebagai sebagai zaman humanisme, sebab pada abad pertengahan manusia kurang dihargai sebagai manusia, kebenaran diukur berdasarkan kebenaran gereja,  bukan menurut yang dibuat oleh manusia. humanisme menghendaki ukuran haruslah manusia, karena manusia mempunyai kemampuan berpikir, berkreasi, memilih dan menentukan, maka humanisme menganggap manusia mampu mengatur dirinya dan mengatur dunianya. Ciri utama renaissance dengan demikian adalah humanisme, individualisme, lepas dari agama. Manusia sudah mengandalkan akal (rasio) dan pengalaman (empiris) dalam merumuskan pengetahuan, meskipun harus diakui bahwa filsafat belum menemukan bentuk pada zaman renaissance, melainkan pada zaman sesudahnya, yang berkembang pada waktu itu sains, dan penemuan-penemuan dari hasil pengembangan sains yang kemudian berimplikasi pada semakin ditinggalkan agama kristen karena semangat humanisme. Fenomena tersebut cukup tampak pada abad modern.
Filsafat Barat Pada Masa Renaissance
Tidak mudah menentukan batas yang jelas mengenai akhir zaman pertengahan dan awal yang pasti dari zaman modern. Hal ini disebabkan perbedaan pandangan para ahli sejarah tentang peralihan zaman pertengahan ke zaman modern. Sebagian ahli sejarah berpendapat bahwa zaman pertengahan berakhir ketika Konstantinopel ditaklukkan oleh Turki Usmani pada tahun 1453 M. Peristiwa tersebut dianggap sebagai akhir zaman pertengahan dan titik awal zaman modern.
Abad Pertengahan adalah abad ketika alam pikiran dikungkung oleh Gereja. Dalam keadaan seperti itu kebebasan pemikiran amat dibatasi, sehingga perkembangan sains sulit terjadi, demikian pula filsafat tidak berkembang, bahkan dapat dikatakan bahwa manusia tidak mampu menemukan dirinya sendiri. Oleh karena itu, orang mulai mencari alternatif. Dalam perenungan mencari alternatif  itulah orang teringat pada suatu zaman ketika peradaban begitu bebas dan maju, pemikiran tidak dikungkung, sehingga sains berkembang, yaitu zaman Yunani kuno. Pada zaman Yunani kuno tersebut orang melihat kemajuan kemanusiaan telah terjadi. Kondisi seperti itulah yang hendak dihidupkan kembali.
Tidak dapat dinafikan bahwa pada abad pertengahan orang telah mempelajari karya-karya para filosof Yunani dan Latin, namun apa yang telah dilakukan oleh orang pada masa itu berbeda dengan apa yang diinginkan dan dilakukan oleh kaum humanis. Para humanis bermaksud meningkatkan perkembangan yang harmonis dari kecakapan serta berbagai keahlian dan sifat-sifat alamiah manusia dengan mengupayakan adanya kepustakaan yang baik dan mengikuti kultur klasik Yunani. Para humanis pada umumnya berpendapat bahwa hal-hal yang alamiah pada diri manusia adalah modal yang cukup untuk meraih pengetahuan dan menciptakan peradaban manusia. Tanpa wahyu, manusia dapat menghasilkan karya budaya yang sebenarnya. Dengan demikian dapat dikatakan bahwa humanisme telah memberi sumbangannya kepada renaisans untuk menjadikan kebudayaan bersifat alamiah.

Zaman renaisans banyak memberikan perhatian pada aspek realitas. Perhatian yang sebenarnya difokuskan pada hal-hal yang bersifat kongkret dalam lingkup alam semesta, manusia, kehidupan masyarakat dan sejarah. Pada masa itu pula terdapat upaya manusia untuk memberi tempat kepada akal yang mandiri. Hal ini dibuktikan dengan perang terbuka terhadap kepercayaan yang dogmatis dan terhadap orang-orang yang enggan menggunakan akalnya. Asumsi yang digunakan adalah, semakin besar kekuasaan akal, maka akan lahir dunia baru yang dihuni oleh manusia-manusia yang dapat merasakan kepuasan atas dasar kepemimpinan akal yang sehat.
Zaman ini juga sering disebut sebagai Zaman Humanisme. Maksud ungkapan tersebut adalah manusia diangkat dari Abad pertengahan. Pada abad tersebut manusia kurang dihargai kemanusiaannya. Kebenaran diukur berdasarkan ukuran gereja, bukan menurut ukuran yang dibuat oleh manusia sendiri. Humanisme menghendaki ukurannya haruslah manusia, karena manusia mempunyai kemampuan berpikir. Bertolak dari sini, maka humanisme menganggap manusia mampu mengatur dirinya sendiri dan mengatur dunia. Karena semangat humanisme tersebut , akhirnya agama Kristen semakin ditinggalkan, sementara pengetahuan rasional dan sains berkembang pesat terpisah dari agama dan nilai-nilai spiritual.
Menurut Mahmud Hamdi Zaqzuq, ada beberapa faktor penting yang mempengaruhi kelahiran Renaisans, yaitu:
1.      Implikasi yang sangat signifikan yang ditimbulkan oleh gerakan keilmuan dan filsafat. Gerakan tersebut lahir sebagai hasil dari penerjemahan ilmu-ilmu Islam ke dalam bahasa latin selama dua abad, yaitu abad ke-13 dan 14. Bahkan sebelumnya telah terjadi penerjemahan kitab-kitab Arab di bidang filsafat dan ilmu pengetahuan. Hal itu dilakukan setelah Barat sadar bahwa Arab memiliki kunci-kunci khazanah turas klasik Yunani.
2.      Pasca penaklukan Konstantinopel oleh Turki Usmani, terjadi migrasi para pendeta dan sarjana ke Italia dan negara-negara Eropa lainnya. Para sarjana tersebut menjadi pionir-pionir bagi pengembangan ilmu di Eropa. Mereka secara bahu-membahu menghidupkan turas klasik Yunani di Florensia, dengan membawa teks-teks dan manuskrip-manuskrip yang belum dikenal sebelumnya.
3.      Pendirian berbagai lembaga ilmiah yang mengajarkan beragam ilmu.
Selain itu, ada beberapa faktor yang dikemukakan Slamet Santoso seperti yang dikutip Rizal Mustansyir, yaitu:
1.      Hubungan antara kerajaan Islam di Semenanjung Iberia dengan Prancis membuat para pendeta mendapat kesempatan belajar di Spanyol kemudian mereka kembali ke Prancis untuk  menyebarkan ilmu pengetahuan yang mereka peroleh di lembaga-lembaga pendidikan di Prancis.
2.      Perang Salib (1100-1300 M) yang terulang enam kali, tidak hanya menjadi ajang peperangan fisik, namun juga menjadikan para tentara atau serdadu Eropa yang berasal dari berbagai negara itu menyadari kemajuan negara-negara Islam, sehingga mereka menyebarkan pengalaman mereka itu sekembalinya di negara-negara masing-masing.
Pada zaman renaisans ada banyak penemuan di bidang ilmu pengetahuan. Di antara tokoh-tokohnya adalah:
1.      Nicolaus Copernicus (1473-1543)
Ia dilahirkan di Torun, Polandia dan belajar di Universitas Cracow. Walaupun ia tidak mengambil studi astronomi, namun ia mempunyai koleksi buku-buku astronomi dan matematika. Ia sering disebut sebagai Founder of  Astronomy. Ia mengembangkan teori bahwa matahari adalah pusat jagad raya dan bumi mempunyai dua macam gerak, yaitu: perputaran sehari-hari pada porosnya dan perputaran tahunan mengitari matahari. Teori itu disebut heliocentric menggeser teori Ptolemaic. Ini adalah perkembangan besar, tetapi yang lebih penting adalah metode yang dipakai Copernicus, yaitu metode mencakup penelitian terhadap benda-benda langit dan kalkulasi matematik dari pergerakan benda-benda tersebut.
2.      Galileo Galilei (1564-1642)
Galileo Galilei adalah salah seorang penemu terbesar di bidang ilmu pengetahuan. Ia menemukan bahwa sebuah peluru yang ditembakkan membuat suatu gerak parabola, bukan gerak horizontal yang kemudian berubah menjadi gerak vertikal. Ia menerima pandangan bahwa matahari adalah pusat jagad raya. Dengan teleskopnya, ia mengamati jagad raya dan menemukan bahwa bintang Bimasakti terdiri dari bintang-bintang yang banyak sekali jumlahnya dan masing-masing berdiri sendiri. Selain itu, ia juga berhasil mengamati bentuk Venus dan menemukan beberapa satelit Jupiter.
3.      Francis Bacon (1561-1626)
Francis Bacon adalah seorang filosof dan politikus Inggris. Ia belajar di Cambridge University dan kemudian menduduki jabatan penting di pemerintahan serta pernah terpilih menjadi anggota parlemen. Ia adalah pendukung penggunaan scientific methods, ia berpendapat bahwa pengakuan tentang pengetahuan pada zaman dahulu kebanyakan salah, tetapi ia percaya bahwa orang dapat mengungkapkan kebenaran dengan inductive method, tetapi lebih dahulu harus membersihkan fikiran dari prasangka yang ia namakan idols (arca). Bacon telah memberi kita pernyataan yang klasik tentang kesalahan-kesalahan berpikir dalam Idols of the Mind.
Bacon menolak silogisme, sebab dipandang tanpa arti dalam ilmu pengetahuan karena tidak mengajarkan kebenaran-kebenaran yang baru. Ia juga menekankan bahwa ilmu pengetahuan hanya dapat dihasilkan melalui pengamatan, eksperimen dan harus berdasarkan data-data yang tersusun. Dengan demikian Bacon dapat dipandang sebagai peletak dasar-dasar metode induksi modern dan pelopor dalam usaha sitematisasi secara logis prosedur ilmiah.
Dalam bidang filsafat, zaman renaisans tidak menghasilkan karya penting bila dibandingkan dengan bidang seni dan sains. Filsafat berkembang bukan pada zaman itu, melainkan kelak pada zaman sesudahnya yaitu zaman modern. Meskipun terdapat berbagai perubahan mendasar, namun abad-abad renaisans tidaklah secara langsung menjadi lahan subur bagi pertumbuhan filsafat. Baru pada abad ke-17 dengan dorongan daya hidup yang kuat sejak era renaisans, filsafat mendapatkan pengungkapannya yang lebih jelas. Jadi, zaman modern filsafat didahului oleh zaman renaisans. Ciri-ciri filsafat renaisans dapat ditemukan pada filsafat modern. Ciri tersebut antara lain, menghidupkan kembali rasionalisme Yunani, individualisme, humanisme, lepas dari pengaruh agama dan lain-lain.
Pada abad ke-17 pemikiran renaisans mencapai kesempurnaannya pada diri beberapa tokoh besar. Pada abad ini tercapai kedewasaan pemikiran, sehingga ada kesatuan yang memberi semangat yang diperlukan pada abad-abad berikutnya. Pada masa ini, yang dipandang sebagai sumber pengetahuan hanyalah apa yang secara alamiah dapat dipakai manusia, yaitu akal (rasio) dan pengalaman (empiri). Sebagai akibat dari kecenderungan berbeda dalam memberi penekanan kepada salah satu dari keduanya, maka pada abad ini lahir dua aliran yang saling bertentangan, yaitu rasionalisme yang memberi penekanan pada rasio dan empirisme yang memberi penekanan pada empirisme.

SEJARAH PERKEMBANGAN FILSAFAT ABAD (ABAD KE-20 DAN SETERUSNYA)

    Melihat sejarah perkembangan filsafat zaman kontemporer tidak lain adalah mengamati pemanfaatan dan pengembangan lebih lanjut dari sejarah filsafat sebelumnya. Yang dimaksud dengan zaman kontemporer adalah era tahun-tahun terakhir yang kita jalani hingga saat sekarang ini.
Karakteristik filsafat di zaman kontemporer ini yaitu :
1. Membuat deskripsi tentang perkembangan filsafat di zaman kontemporer berarti menggambarkan aplikasi ilmu dan teknologi dalam berbagai sektor kehidupan manusia.
2. Filsafat pada zaman kontemporer tidak segan-segan melakukan dekonstruksi (perbaikan) dan   peruntuhan terhadap teori-teori ilmu yang pernah ada untuk kemudian menyodorkan pandangan-pandangan baru dalam rekonstruksi ilmu yang mereka bangun.
     Di antara ilmu khusus, bidang fisika menempati kedudukan yang paling tinggi dan banyak dibicarakan oleh para filsuf. Menurut Trout, fisika dipandang sebagai dasar ilmu pengetahuan yang subjek materinya mengandung unsur-unsur fundamental yang membentuk alam semesta. Secara historis hubungan antara fisika dengan filsafat terlihat dalam dua cara :
1. Diskusi filosofis mengenai metode fisika dan dalam interaksi antara pandangan substansial tentang fisika misalnya tentang materi, kuasa, konsep ruang, dan waktu.
2. Ajaran filsafat tradisional yang menjawab tentang materi, kuasa, ruang dan waktu.
      Fisikawan Albert Einstein menyatakan alam itu tidak berhingga besarnya dan tidak terbatas, tetapi juga tidak berubah status totalitasnya atau bersifat statis dari waktu ke waktu. Einstein percaya akan kekekalan materi, berarti alam semesta itu kekal, dengan kata lain tidak mengakui adanya penciptaan alam.
     Zaman kontemporer ini juga ditandai dengan penemuan berbagai teknologi canggih seperti teknologi komunikasi, komputer, satelit komunikasi, internet, dan sebagainya.
Bidang ilmu lain juga mengalami kemajuan pesat, sehingga terjadi spesialisasi ilmu yang semakin tajam. Ilmuwan kontemporer mengetahui hal yang sedikit, tetapi secara mendalam.
Disamping kecenderungan ke arah spesialisasi, kecenderungan lain adalah sintesis antara bidang ilmu satu dengan yang lainnya. Sehingga dihasilkannya bidang-bidang ilmu baru.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar