HAKIKAT
SEJARAH FILSAFAT
Bagaimanakah filsafat tercipta ? Apa
yang menyebabkan manusia berfilsafat ? sesungguhnya ada empat hal yang
merangsang manusia untuk berfilsafat, yaitu : ketakjuban, ketidakpuasan,
hasrat bertanya dan keraguan.
1. Ketakjuban
Banyak filsuf mengatakan bahwa yang
menjadi awal kelahiran filsafat adalah thaumasia (kekaguman, keheran, atau
ketakjuban). Dalam karyanya yang berjudul Metafisika, Aristoteles mengatakan
bahwa karena ketakjuban manusia mulai berfilsafat. Pada mulanya manusia
takjub memandang benda-benda aneh di sekitarnya, lama kelamaan
ketakjubannya semakin terarah pada hal-hal yang lebih luas dan besar, seperti
perubahan dan peredaran bulan, matahari, bintang-bintang, dan asal mula alam
semesta.
Objek ketakjuban ialah segala
sesuatu yang ada dan dapat diamati. Itulah sebabnya, bagi Plato pengamatan
terhadap bintang-bintang, matahari, dan langit merangsang manusia untuk
melakukan penelitian. Penelitian terhadap apa yang diamati demi memahami
hakikatnya itulah yang melahirkan filsafat.
2. Ketidakpuasan
Sebelum filsafat lahir, berbagai
mitos dan mite memainkan peranan yang amat penting dalam kehidupan manusia.
Berbagai mitos dan mite berupaya menjelaskan asal mula dan peristiwa-peristiwa
yang terjadi di alam semesta serta sifat-sifat peristiwa itu. Akan tetapi,
ternyata penjelasan dan keterangan yang diberikan oleh mitos dan mite-mite itu
makin lama makin tidak memuaskan manusia. Ketidakpuasan inilah yang membuat
manusia terus menerus mencari penjelasan dan keterangan yang lebih pasti dan
meyakinkan.
Manusia yang terus menerus mencari
penjelasan dan keterangan yang lebih pasti dan meyakinkan itu lambat laun mulai
berpikir secara rasional. Akibatnya, akal budi semakin berperan. Berbagai mitos
dan mite yang diwariskan oleh tradisi turun temurun semakin tersisih dari
peranannya semula yang begitu besar dan lahirlah filsafat, yang pada masa itu
mencakup seluruh ilmu pengetahuan yang ada dan telah dikenal.
3. Hasrat bertanya
Ketakjuban manusia telah melahirkan
pertanyaan-pertanyaan, dan ketidakpuasan manusia membuat pertanyaan-pertanyaan
itu tak kunjung habis. Pertanyaanlah yang membuat manusia melakukan pengamatan,
penelitian, dan penyelidikan. Ketiga hal itulah yang menghasilkan penemuan baru
yang semakin memperkaya manusia dengan pengetahuan yang terus bertambah.
4. Keraguan
Manusia selaku penanya
mempertanyakan sesuatu dengan maksud untuk memperoleh kejelasan dan
keterangan mengenai sesuatu yang dipertanyakan itu.
Manusia bertanya bisa karena ia
masih meragukan kejelasan dan kebenaran dari apa yang telah diketahuinya. Jadi,
jelas terlihat bahwa keraguanlah yang turut merangsang manusia untuk bertanya
dan terus bertanya, yang kemudian menggiring manusia untuk berfilsafat.
SEJARAH FILSAFAT YUNANI MASA PRA
SOCRATES, PLATO, DAN ARISTOTELES
SOCRATES
Filsafat Pra Socrates adalah filsafat yang
dilahirkan karena kemenangan akal atas dongeng yang diterima dari agama yang
memberitahukan tentang asal muasal segala sesuatu baik di dunia maupun manusia
para pemikir atau ahli filsafat yang disebut orang bijak yang
mencari-cari jawabannya sebagai akibat terjadinya alam semesta beserta
isinya tersebut.
Pemikiran
filusuf inilah yang memberikan asal muasal segala sesuatu baik di dunia maupun
manusia yang menyaebabkan akal manusia tiak puas dengan keterangan dongeng
tersebut dengan dimulai oleh akal manusia untuk mencari-cari dengan akalnya
dari mana asal alam semesta yang menakjubkan itu.
Filsafat
Pra Socrates dapat dikatakan bahwa mereka adalah filsafat alam artinya para
ahli pikir yang menjadikan alam yang luas dan penuh keselarasan yang menjadi
sasaran para ahli filsafat tersebut, atau objek pemikirannya adalah alam
semesta. Tujuan filosofi mereka adlam memikirkan soal alam besar darimana
terjadinya alam itulah yang menjadi sentral persoalan bagi mereka, pemikiran
yang demikian itu merupakan pemikiran yang sangat maju, rasional dan radikal.
Sebab pada waktu itu kebanyakan orang menerima begitu saja keadaan alam seperti
apa yang dapat ditangkap dengan indranya, tanpa mempersoalkannya lebih jauh.
Sedang di lain pihak orang cukup puas menerima keterangan tentang kejadian alam
dari cerita nenek moyang.
Para filusuf pada masa ini yaitu : Thales,
anaximandros, Anaximenes, Herakleitos, Pythagoras, Parmenides, Demokritos.
1. Thales (625-545
SM)
Nama Thales muncul atas penuturan sejarawan herodotus
pada abad ke-5 SM. Thales sebagai salah satu dari tujuh orang bijaksana (Seven
Wise Men of Greece). Salah satu jasanya yang besar adalah meramal gerhana
matahari pada tahun 585 SM.
Thales mengembangkan filsafat alam kosmologi yang
mempertanyakan asal mula, sifat dasar, dan struktur komposisi dari alam
semesta. Sebagai ilmuwan pada masa itu ia mempelajari magnetisme dan listrik
yang merupakan pokok soal fisika. Thales merupakan ahli matematika yang pertama
dan juga sebagai the father of deductive reasonising (bapak penalaran
deduktif).
2. Anaximandros
(640 – 546 SM)
Anaximandros adalah salah satu murid Thales. Ia adalah
orang pertama yang mengarang suatu traktat dalam kesusateraaan Yunani, dan
berjasa dalam bidang astronomi, geografi. Sehingga ia orang pertama yang
membuat peta bumi. Meskipun ia murid Thales namun ia mempunyai prinsip dasar
alam satu akan tetapi bukanlah dari jenis benda alam seperti air sebagaimana
yang dikatakan oleh gurunya
Prinsip dasar alam haruslah dari jenis yang tak
terhitung dan tak terbatas yang oleh dia disebut Apeiron yaitu zat yang tak
terhingga dan tak terbatas dan tidak dapat dirupakan tidak ada persamaannnya
dengan apapun. Meskipun tentang teori asal kejadian alam tidak begitu jelas
namun dia adalah seorang yang cakap dan cerdas. Pendapatnya yang lain, bumi
seperti sislinder, lebarnya tiga kali lebih besar dari tingginya. Sedangkan
bumi tidak terletak atau bersandar pada sesuatu pun.
3.
Anaximenes
Anaximenes berpendapat bahwa udara merupakan asal usul
segala sesuatu. Udara melahirkan semua benda dalam alam semesta ini karena
suatu proses pemadatan dan pengeceran, kalau udara semakin bertambah maka
muncullah berturut-turut angin, air, tanah dan akhirnya batu. Sebaliknya kalau
udara itu menjadi encer yang timbul adalah api.
Pandangan Anaximenes tentang susunan jagat raya pasti
merupakan kemunduran dibandingkan dengan Anaximandros. Menurut Anaximenes bumi
yang berupa meja bundar katanya melayang di atas udara. Demikian pun matahari,
bulan dan bintang. Badan-bdan jasad raya itu tidak terbenam di bawah bumi
sebagaimana yang dipikirkan Anaximandros tetapi mengelilingi bumi yang datar
itu, matahari lenyap pada waktu malam tertutup di belakang bagian-bagian
tinggi.
4.
Herakleitos (535 – 475 SM)
Ia lahir di Ephesus, sebuah kota perantauan di Asia
Kecil, dan merupakan kawan dari Pythagoras, akan tetapi lebih tua. Ia mendapat
julukan si gelap, karena untuk menelusuri gerak pikirannya sangat sulit. Hanya
dengan melihat fragmen-fragmennya, ia mempunyai kesan berhati tinggi dan
sombong, sehingga ia mudah mencela kebanyakan manusia untuk mengatakan jahat
dan bodoh, juga mencela orang-orang terkemuka di negeri Yunani. Pemikiran
filsafatnya yang terkenal dengan filsafat menjadi.
Heraclitos mengemukakan pendapatnya, bahwa segala yang
ada selalu berubah dan sedang menjadi, ia mempercayai bahwa arche (asas yang
pertama dari alam semesta) adalah api. Karena api dianggapnya sebagai lambang
perubahan dan kesatuan. Api mempunyai sifat memusnahkan segala yang ada, dan
mengubahnya sesuatu itu menjadi abu dan asap. Walaupun sesuatu itu apabila
dibakar menjadi abu dan asap, toh adanya api tetap ada. Segala sesuatunya
berasal dari api, dan akan kembali menjadi api.
5.
Pythagoras (± 572 – 497 SM)
Mengenai riwayat hidupnya, ia dilahirkan di Pulau
Samos, Ionia. Tanggal dan tahunnya tidak diketahui secara pasti. Ia juga tidak
meninggalkan tulisan-tulisan sehingga apa yang diketahui tentang Pythagoras
diperlukan kesaksian-kesaksian.di dalam kota kelahirannya Pythagoras mendirikan
suatu tarekat beragama yang bersifat religious, merkea menghormati dewa Apollo.
Menurut kepercayaan Pythagoras manusia asalnya Tuhan jiwa itu adalah penjelmaan
dari Tuhan yang jatuh ke dunia karena berdosa dan dia akan kembali ke langit ke
dalam lingkungan Tuhan bermula, apabila sudah habis dicuci dosanya itu, hidup
di dunia ini adalah persediaan buat akhirat.
Pythagoras juga disebut sebagai ahli pikir, terutama
dalam ilmu matematik dan ilmu berhitung. Falsafah pemikirannya banyak diilhami
oleh rahasia angka-angka. Dunia angka adalah dunia kepastian dan dunia ini erat
hubungannya dengan dunia bentuk. Dari sini dapat dilihat kecakapannya dia dalam
matematik mempengaruhi terhadap pemikiran filsafatnya sehingga pada segala
keadaan ia melihat dari angka-angka dan merupakan paduan dari unsure angka.
6. Parmenides (540
– 475 SM)
Ia lahir di kota Elea, kota perantauan
Yunani di Italia Selatan. Kebesarannya sama dengan kebesaran Heracleitos.
Dialah yang pertama kali memikirkan hakikat tentang ada (being).
Menurut pendapatnya, apa yang disebut sebagai realitas
adalah bukan gerak dan perubahan. Hal ini berbeda dengan pendapat Heracleitos,
yaitu bahwa realitas adalah gerak dan perubahan.
7. Democritus (460
– 370 SM)
Democritus yang lahir di Abdera di pesisir Tharake di
Yunani Utara. Karena ia berasal dari keluarga yang kaya raya, maka dengan
kekayannya itu ia bepergian ke Mesir dan negeri-negeri Timur lainnya. Dari
karya-karyanya ia telah mewariskan sebanyak 70 karangan tentang bermacam-macam
masalah, seperti : kosmologi, matematika, astronomi, logika, etika, teknik,
musik, puisi dan lain-lainnya. Sehingga ia dipandang sebagai seorang sarjana
yang menguasai banyak bidang.
Menurut pendapatnya, atom-atom itu selalu bergerak,
berarti harus ada runag kosong. Sebab satu atom hanya dapat bergerak dan
menduduki satu tempat saja. Sehingga Demoritos berpendapat bahwa realitas itu
ada dua, yaitu atom itu sendiri (yang penuh), dan ruang tempat atom bergerak
(yang kosong
PLATO
Plato dilahirkan di Athena pada tahun 427
SM dan meninggal di sana pada tahun 347 SM dalam usia 80 tahun. Nama asalnya
ialah Aristokles, guru senamnya kemudian memberi nama Plato. Ia memperoleh nama
itu karena bahunya yang lebar. Sepadan dengan badannya yang tinggi dan tegap.
Pelajaran yang diperoleh pada masa
kecilnya, selain dari pelajaran umum ialah menggambar dan melukis, disambung
dengan belajar music dan puisi. Sebagaimana hanya anak orang baik-baik pada
masa itu, Plato mendapat didikan dari guru-guru filsafatnya. Pelajaran filsafat
mula-mula diperolehnya dari Kratylos. Kratylos adalah murid Herakleitos yang
mengajarkan “semuanya berlalu” seperti air. Rupanya ajaran semacam itu tidak
hinggap di dalam kalbu anak aristocrat yang terpengaruh oleh tradisi keluarganya.
Sejak berumur 20 tahun, Plato mengikuti
pelajaran Socrates. Pelajaran itulah yang memberi kepuasan baginya. Ia menjadi
murid Socrates yang setia. Sampai akhir hidupnya, Socrates tetap menjadi
pujaannya. Dalam karangannya yang selalu berbentuk dialog, bersoal-jawab,
Socrates didudukkannya sebagai pujangga yang menuntun. Plato mempunyai
kedudukan yang istimewa sebagai seorang filosof. Ia pandai menyatukan puisi dan
ilmu, seni dan filsafat. Pandangan yang dalam dan abstak sekalipun dapat
dilukiskannya dengan gaya bahasa yang indah.
Tak lama sesudah Scratis meninggal, Plato
pergi ke Athena. Itulah permulaan ia mengembara dua belas tahun lamanya, dari
tahun 399 SM- 387 SM. Mula-mula ia pergi ke Megara, kemudian ia pergi ke Kyrena
untuk memperdalam pengetahuannya tentang matematik pada seorang guru bernama
Theodoras. Di sana, Plato juga mengajarkan filsafat dan mengarang buku-buku.
Kemudian, ia pergi ke Italia Selatan dan terus ke Sirakusa di pulau Sisilia,
yang pada waktu itu diperintah oleh seorang tiran, sang pemerkosa, yang bernama
Dionysios. Di situ, Plato mengenal ipar raja Dionysios. Yang masih muda bernama
Dion, yang akhirnya menjadi sahabat karibnya. Di antara mereka berdua sepakat,
supaya Plato mempengaruhi Dionysios dengan ajaran filsafatnya, agar tercapai
perbaikan social.
Perjuangannya menghadapi tantangan yang
berat, filsafatnya justru membosankan Dionysios. Yang lebih mengerikan,
filsafat Plato di tuding sebagai ajaran yang membahayakan bagi kerajaan. Plato
ditangkap dan dijual sebagai budak. Nasib baik bagi Plato, di pasar budak, ia
dikenal oleh seorang bekas muridnya, Annikeris, dan ditebusnya. Peristiwa ini
diketahui oleh sahabat dan pengikut-pengikut Plato dari Athena. Mereka
bersama-sama mengumpulkan uang untuk mengganti harga penebus yang dibayar oleh
Annikeris. Akan tetapi, dia menolak penggantian itu dengan kata-kata” Bukan
tuan-tuan saja yang mempunyai hak untuk memelihara seorang Plato” Akhirnya,
uang yang terkumpul dipergunakan untuk membeli sebidang tanah yang diserahkan
kepada Plato untuk dijadikan lingkungan sekolah tempat ia mengajarkan
filsafatnya. Di situlah didirikan rumah sekolah dan pondok-pondok yang
sekitarnya di hiasi kebun-kebun yang indah. Tepat itu diberi nama” Akademia”.
Di situlah Plato,sejak berumur 40 tahun, pada tahun 387 SM sampai meninggalnya
dalam usia 80 tahun, mengajarkan filsafatnya dan mengarang tulisan-tulisan yang
terkenal sepanjang masa.
Sebagaimana Socrates, ia menggunakan
metode dialog untuk mengantarkan filsafatnya. Namun, kebenaran umum(definisi)
menurutnya bukan dibuat dengan cara dialog yang induktif sebagaimana cara yang
digunakan Socrates. Pengertian umum (difinisi) menurut Plato sudah tersedia di
sana di alam idea.
Sebagai konsep dari pandangannya tentang
dunia idea, dalam masalah etika, ia berpendapat bahwa orang yang berpengetahuan
dengan pengertian yang bermacam-macam sampai pengertian tentang ideanya, dengan
sendirinya akan berbuat baik. Budi adalah tahu. Siapa yang tahu akan di dunia
idea tidak akan berbuat jahat.
Hal yang penting juga untuk diketahui dari
filsafat Plato adalah pemikiran dia tentang Negara. Menurutnya, dalam tiap-tiap
negara, segala golongan dan semua orang adalah alat semata-mata untuk
kesejahteraan semuanya. Kesejahteraan semua itulah yang menjadi tujuan yang sebenarnya.
Itu pulalah yang menentukan nilai pembagian pekerjaan. Dalam Negara yang ideal,
golongan pengusaha menghasilkan, tetapi tidak memerintah. Golongan penjaga
memberi perlindungan, tetapi tidak memerintah. Golongan cerdik pandai diberi
makan dan dilindungi, dan mereka memerintah.
Oleh karena itu, Negara ideal bergantung
pada budi penduduknya dan pendidikan menjadi urusan yang terpenting bagi
Negara. Menurut Plato, pendidikan anak-anak dari umur 10 tahun ke atas menjadi
urusan Negara, supaya mereka terlepas dari pengaruh orang tuanya. Dasar yang
terutama bagi pendidikan anak-anak ialah gymnastic (senam) dan music. Namun,
gymnastic didahulukan. Gymnastic menyehatkan badan dan pemikiran. Setelah itu,
diberikan pelajaran membaca, menulis, dan berhitung seberapa perlunya.
Anak-anak berumur 14 sampai 16 tahun,diajarkan music dan puisi serta mengarang
bersajak. Musik menanamkan perasaan yang halus dalam jiwa manusia. Karena
music, jiwa kenal akan harmoni dan irama. Kedua-duanya adalah landasan yang baik
untuk menghidupkan rasa keadilan. Dari umur 16 sampai 18 tahun, anak-anak yang
menjelang dewasa diberi pelajaran matematik untuk mendidik jalan pikirannya. Di
samping itu, diajarkan pula kepada mereka dasar-dasar agama dan adab sopan,
supaya di kalangan mereka tertanam rasa persatuan. Plato mengatakan bahwa suatu
bangsa tidak akan kuat, kalau ia tidak percaya kepada tuhan. Dari umur 18
sampai 20 tahun pemuda mendapat didikan militer.
Pada umur 20 tahun diadakan seleksi yang
pertama. Murid-murid yang maju dalam ujian itu mendapat didikan ilmiah yang
mendalam dalam bentuk yang lebih teratur. Pendidikan otak,jiwa, dan badan sama
beratnya, sampai 10 tahun datanglah seleksi yang kedua yang syaratnya lebih
berat dan teliti. Yang jatuh dapat di terima sebagai pegawai negeri. Yang maju
dan sedikit jumlahnya meneruskan pelajaran 5 tahun lagi dan di didik ajaran
tentang idea dan dialektika. Setelah tamat pelajaran itu, mereka dapat memangku
jabatan yang lebih tinggi. Kalau sudah15 tahun bekerja dan mencapai umur 50
tahun, mereka di terima masuk dalam pengalaman mereka dalam teori dan praktek
sudah di anggap cukup untuk melaksanakan tugas yng tertinggi dalam
Negara:menegakkan keadilan berdasarkan idea kebaikan.
Paham Plato tentang pembentukan dunia ini
berdasar pada pendapat Empedokles bahwa alam ini tersusun dari empat anasir
yang asal, yaitu api, udara, air, dan tanah. Akan tetapi, tentang proses
pembangunan seterusnya berlainan pendapatnya. Menurut Plato, Tuhan sebagai
pembangun alam menyusun anasir yang empat itu dalam berbagai bentuk menjadi
satu kesatuan. Ke dalam bentuk yang satu itu, Tuhan memasukkan jiwa dunia yang
akan menguasai dunia ini. Oleh karena itu, pembangunan dunia itu sekaligus
menentukan sikap hidup manusia dalam dunia ini. Sepadan dengan itu, pendapat
Plato tentang Nomoi (hukum). Di situ terdapat uraian yang panjang lebar tentang
syarat-syarat hidup bernegara.
Pokok filosofi Plato ialah mencari
pengetahuan tentang pengetahuan. Ia bertolak dari ajaran gurunya Socrates yang
mengatakan “budi ialah tahu”. Budi yang berdasarkan pengetahuan menghendaki
suatu ajaran tentang pengetahuan sebagai dasar filosofi. Pertentangan antara
pikiran dan pandangan menjadi ukuran bagi Plato. Pengertian yang mengandung
pengetahuan dan yang dicarinya bersama-sama dengan Socrates. Pengetahuan bukan
dari pengalaman, karena pengalaman hanya alasan untuk menuju pengertian yang
diperoleh atas usaha akal sendiri. Demikian pula dengan penglihatan, itu semua
semata-mata jebakan atas keberadaan hakekat sesuatu.
Pendapat ini diteruskan oleh Plato dalam
filsafat bahasanya. Contoh: pembicaraan antara dua orang, apa yang sebab mereka
saling mengerti? Bagaimana pendapat mereka tentang suatu pengertian bisa serupa
atau berbeda? Kata tak lain hanyalah bunyi. Bagaimana kata itu bias mempunyai
arti? Pendengaran bunyi kata itu tidak menentukan maksud kata yang terdengar
itu. Kata-kata sebagai bunyi hanya merupakan symbol dari sesuatu yang terletak
dibelakangnya.
Sekarang, bagaimana hubungan antara
pikiran dan pengalaman? Untuk menggambarkannya, Plato melahirkan dua macam
dunia, yaitu dunia yang kelihatan dan bertubuh dan dunia yang tidak kelihatan
dan tak bertubuh. Dunia yang kelihatan dan bertubuh adalah dunia yang lahir,
terdiri dari barang-barang yang dapat dilihat dan dialami, yang senantiasa
berubah menurut ruang dan waktu. Dunia tidak kelihatan dan tidak bertubuh
adalah dunia yang dari idea,tetap, dan tidak berubah-rubah.
Idea menurut pahamPlato tidak saja
pengertian jenis, tetapi juga bentuk dari keadaan yang sebenarnya. Idea
bukanlah suatu pikiran, melainkan suatu realita.Dunia bertubuh adalah dunia
yang dapat diketahui dengan pandangan dan pengalaman. Dalam dunia itu semuanya
bergerak dan senantiasa berubah, tidak ada yang tetap dan kekal.
Suatu contoh hubungan itu dapat dilihat
dalam konsep matimatika. Matematika bekerja dengan segitiga, lingkaran, dan
bulat, yang tidak terdapat dalam dunia yang lahir. Semua itu adalah gambaran
dari idea yang hidup dalam dunia yang tidak kelihatan, dunia atas. Simbol dari realitas
yang sebenarnya.
Menurut Platto, sebanyak pengertian,
sebanyak itu pula jenis idea.Terhadap tiap pengertian yang bersangkutan dengan
barang, sifat, hubungan, ada idea yang bertepatan. Akan tetapi, seluruh dunia
idea itu merupakan satu kesatuan yang di dalamnya terdapat tingkatan derajat.
Idea yang tertinggi ialah idea kebaikan, sebagai tuhan yang membentuk dunia.
Antara dunia yang bertubuh dan dunia yang
tidak bersetubuh dibentangkannya suatu daerah perpisahan. Daerah itu ialah
daerah lukisan matematik: angka-angka dan bangunan-bangunan ilmu ukur.
Matematik adalah alat yng akurat dan tepat untuk menaikkan system penglihatan
dan meningkat secara berangsur-angsur dengan urutan yang tepat.
Gagasan Plato tentang alat media telah
membuka filsafat berikutnya tentang etika Plato. Etika Plato bersifat rasional
dan mencerminkan intelektual yang tinggi. Dasar ajarannya ialah mencapai budi
baik. Budi ialah tahu. Orang yang berpengetahuan dengan sendirinya berbudi
baik.
Tujuan hidup ialah mencapai kesenangan
hidup. Yang dimaksud dengan kesenangan hidup itu bukanlah memuaskan hawa nafsu
di dunia ini. Kesenangan hidup diperoleh dengan pengetahuan yang tepat tentang
nilai kebendaan yang dituju.
Menurut Plato, ada dua macam Budi:
Pertama, budi filosofi yang timbul dari pengetahuan dengan pengertian.
Kedua, budi biasa yang terbawa oleh kebiasaan orang banyak.
Tujuan budi filosofi terletak di dalam
dunia yang tidak kelihatan. Tujuan budi biasa ialah barang-barang keperluan
hidup di dunia ini.Oleh karena itu, tujuannya berlainan, daerah berlakunya
berlainan juga.
Pandangan Plato tentang Negara dan luasnya
masih terpaut pada masanya. Ia lebih memandang ke belakang daripada ke muka.
Kota adalah sutu institusi yang menentukan. Karena kota itulah, orang-orang
mendapat penghargaan. Dengan prinsip bahwa kepentingan umum harus didahulukan
daripada kepentingan pribadi.
Peraturan yang mendasar untuk mengurus
kepentingan umum menurut Plato- tidak boleh diputuskan oleh kemauan atau
pendapat personal atau oleh rakyat seluruhnya, melainkan ditentukan oleh suatu
ajaran yang berdasarkan pengetahuan dan pengertian. Dari ajaran itu, datanglah
keyakinan bahwa pemerintahan harus dipimpin oleh idea yang tertinggi, yaitu
idea kebaikan. Kemauan untuk melaksanakan itu bergantung pada budi. Tujuan
pemerintah yang benar ialah mendidik warga-warga mempunyai budi. Manusia
memperoleh budi yang benar hanya dari pengetahuan. Oleh karena itu, ilmu harus
berkuasa di dalam Negara.
Negara menurut Plato adalah manusia dalam
ukuran besar. Kita tidak dapat mengharapkan Negara menjadi baik, apabila
kelakuan orang-orangnya tidak bertambah baik.
Keadilan dalam negarahanya tercapai,
apabila tiap-tiap orang mengerjakan pekerjaan yang bermanfaat. Keadilan bagi
orang-seorang akan terjadi apabila segala bagian dari jiwanya, baik yang
berkuasa maupun yang mengabdi, mengerjakan pekerjaannya sendiri-sendiri.
Pembagian pekerjaan adalah dasar bagi Plato untuk mencapai perbaikan hidup.
ARISTOTELES
Dalam teks bahasa Inggris, nama
Aristoteles ditulis Aristotle, dan dalam teks Arab biasanya ditulis Aristutulis
atau Aristu. Sedangkan dalam tulisan asli Yunani biasanya
ditulis ‘Aριστοτέλης. Dia lahir 384 SM di Stagira, sebuah kota koloni di
semenanjung Chalcidice, yang berada di wilayah Macedonia, yang terletak di
sebelah utara Yunani, atau yang kini menjadi Yunani
Utara. Dia meninggal tahun 322 SM.
Sejak kecil, Aristoteles diasuh dan
dididik oleh ayahnya sendiri dalam bidang kedokteran. Ayahnya berharap jika
besar nanti, Aristoteles dapat menggantikan ayahnya sebagai dokter keluarga
raja Macedonia.
Aristoteles merupakan salah satu murid
Plato yang sangat cepat dikenal karena dia tidak mau sekedar bernaung dibawah
keagungan sang guru. Itu pula sebabnya dia dikenal sebagai murid “tukang kecam”
dan senang mendebat sang guru yang banyak dihormati oleh banyak muridnya yang
lain, kendati kecamannya sering kali tidak relevan, dan menunjukkan
ketakfahamannya terhadap ajaran Plato. Namun, jika ditanya mengapa dia mengecam
Plato, dia akan menjawab : “Amicus Plato, sed magis amica veritas” yang
berarti “Plato kukasihi, tapi aku lebih mengasihi kebenaran.” Oleh karena itu,
sebagian pakar berpendapat bahwa hubungan Aristoteles dan Plato sesungguhnya
telah retak sejak jauh sebelum menjelang kematian Plato. Oleh sebab itu, Plato
tidak menunjuk Aritoteles untuk menjadi penggantinya dalam memimpin Akademia,
melainkan menunjuk Speusippos. Hal itu tentu sangat mengecewakan Aristoteles.
Di tahun 342 SM Aristoteles menerima undangan
khusus dari Philippos, raja Macedonia, agar dia bersedia mendidik putra
mahkotanya, Alexandros atau Alexander. Undangan itu dipenuhi. Dia mendidik
Alexandros selama dua tahun, dan berhasil mendidik calon pemimpin yang
terampil, meski sebelumnya Alexandros dikenal sebagai seorang remaja yang
serampangan, mudah tersinggung, mudah marah, dan berbagai perangai buruk
lainnya. Alexndros juga terkesan dengan pendidikan yang diberikan
oleh Aristoteles, sehingga meskipun telah dilantik menjadi pejabata
raja pada 340, Alexandros tetap menghoramti Aristoteles sebagaimana menghormati
ayahnya sendiri.
Tahun 336 SM Philippos wafat dan
digantikan oleh putra mahkota yang sudah dipersiapkan, yaitu Alexadros. Ia
menaklukkan Persia dan berbagai tempat lainnya, yang di kemudian hari ternyata
merupakan penaklukan dunia. Di saat Alexander berkuasa, Aristoteles kembali ke
Athena. Ia kemudian mendirikan sekolah sendiri di Athena, yaitu di lapangan
senam yang merupakan bagian dari halaman Kuil Dewa Apollo Lykeios (Dewa Pelindung
terhadap serigala). Karena terletak di halam Kuil Lykeios, maka sekolah itu
dinamakan Lykeion yang dalam bahasa Latin disebut Lyceum. Sekolah itu kemudian
menjadi populer mengalahkan popularitas sekolah Isocrates yang selama ini telah
berhasil mendidik para pemimpin Athena, dan berada di urutan kedua setelah
Akademia Plato yang saat itu dipimpin oleh Xenakrates yang menggantikan
Speusippos.
Aristoteles jatuh sakit dan meninggal
dunia pada 322 SM, yang kemungkinan disebabkan oleh pekerjaannya yang tak
mengenal batas. Saat meninggal dunia, ia berumum sekitar enam puluh tahun.
Filsafat Aristoteles berkembang dalam tiga
tahapan yang pertama ketika dia masih belajar di Akademi Plato ketika
gagasannya masih dekat dengan gurunya tersebut, kemudian ketika dia mengungsi,
dan terakhir pada waktu ia memimpin Lyceum mencakup enam karya tulisnya yang
membahas masalah logika, yang dianggap sebagai karya-karyanya yang paling
penting, selain kontribusinya di bidang Metafisika, Fisika, Etika, Politik,
Ilmu Kedokteran, Ilmu Alam dan karya seni.
Di bidang ilmu alam, ia merupakan
orang pertama yang mengumpulkan dan
mengklasifikasikan spesies-spesies biologi secara sistematis.
Karyanya ini menggambarkan kecenderungannya akan analisa kritis, dan pencarian terhadap
hukum alam dan keseimbangan pada alam
Berlawanan dengan Plato yang menyatakan
teori tentang bentuk-bentuk ideal benda, Aristoteles menjelaskan bahwa materi
tidak mungkin tanpa bentuk karena ia ada (eksis) Pemikiran lainnya adalah
tentang gerak dimana dikatakan semua benda bergerak menuju satu tujuan, sebuah
pendapat yang dikatakan bercorak teleologis. Karena benda tidak dapat
bergerak dengan sendirinya maka harus ada penggerak dimana penggerak itu harus
mempunyai penggerak lainnya hingga tiba pada penggerak pertama yang tak
bergerak yang kemudian disebut dengan theos, yaitu yang dalam pengertian Bahasa
Yunani sekarang dianggap berarti Tuhan.
Logika Aristoteles adalah suatu sistem berpikir deduktif (deductive reasoning), yang bahkan sampai saat ini masih dianggap sebagai dasar dari setiap pelajaran tentang logika formal. Meskipun demikian, dalam penelitian ilmiahnya ia menyadari pula pentingnya observasi, eksperimen dan berpikir induktif (inductive thinking).
Logika Aristoteles adalah suatu sistem berpikir deduktif (deductive reasoning), yang bahkan sampai saat ini masih dianggap sebagai dasar dari setiap pelajaran tentang logika formal. Meskipun demikian, dalam penelitian ilmiahnya ia menyadari pula pentingnya observasi, eksperimen dan berpikir induktif (inductive thinking).
Hal lain dalam kerangka berpikir yang
menjadi sumbangan penting Aristoteles adalah silogisme yang dapat digunakan
dalam menarik kesimpulan yang baru yang tepat dari dua kebenaran yang telah
ada.
Misalkan ada dua pernyataan (premis)
:
Misalkan ada dua pernyataan (premis)
:
Setiap manusia pasti
akan mati (premis mayor).
Sokrates adalah manusIa
(premis minor)
Maka dapat ditarik
kesimpulan bahwa Sokrates pasti akan mati
Di bidang politik, Aristoteles
percaya bahwa bentuk politik yang ideal adalah gabungan dari bentuk demokrasi
dan monarki.
Karena luasnya lingkup karya-karya dari
Aristoteles, maka dapatlah ia dianggap berkontribusi dengan skala ensiklopedis,
dimana kontribusinya melingkupi bidang-bidang yang sangat beragam sekali
seperti Fisika, Astronomi, Biologi, Psikologi, Metafisika (misalnya studi
tentang prisip-prinsip awal mula dan ide-ide dasar tentang alam), logika
formal, etika, politik, dan bahkan teori retorika dan puisi.
Di bidang seni, Aristoteles memuat
pandangannya tentang keindahan dalam buku Poetike. Aristoteles
sangat menekankan empirisme untuk menekankan pengetahuan.
Ia mengatakan bahwa pengetahuan dibangun atas dasar pengamatan dan penglihatan.
Menurut Aristoteles keindahan menyangkut keseimbangan ukuran yakni ukuran material. Menurut Aristoteles sebuah karya seni adalah sebuah perwujudan artistik yang merupakan hasil [[chatarsis]] disertai dengan estetika.
Chatarsis adalah pengungkapan kumpulan perasaan yang dicurahkan ke luar. Kumpulan perasaan itu disertai dorongan normatif.
Dorongan normatif yang dimaksud adalah dorongan yang akhirnya memberi wujud khusus pada perasaan tersebut.
Wujud itu ditiru dari apa yang ada di dalam kenyataan. aristoteles juga mendefinisikan pengertian sejarah yaitu Sejarah merupakan satu sistem yang meneliti suatu kejadian sejak awal dan tersusun dalam bentuk kronologi. Pada masa yang sama, menurut beliau juga Sejarah adalah peristiwa-peristiwa masa lalu yang mempunyai catatan, rekod-rekod atau bukti-bukti yang konkrit.
Ia mengatakan bahwa pengetahuan dibangun atas dasar pengamatan dan penglihatan.
Menurut Aristoteles keindahan menyangkut keseimbangan ukuran yakni ukuran material. Menurut Aristoteles sebuah karya seni adalah sebuah perwujudan artistik yang merupakan hasil [[chatarsis]] disertai dengan estetika.
Chatarsis adalah pengungkapan kumpulan perasaan yang dicurahkan ke luar. Kumpulan perasaan itu disertai dorongan normatif.
Dorongan normatif yang dimaksud adalah dorongan yang akhirnya memberi wujud khusus pada perasaan tersebut.
Wujud itu ditiru dari apa yang ada di dalam kenyataan. aristoteles juga mendefinisikan pengertian sejarah yaitu Sejarah merupakan satu sistem yang meneliti suatu kejadian sejak awal dan tersusun dalam bentuk kronologi. Pada masa yang sama, menurut beliau juga Sejarah adalah peristiwa-peristiwa masa lalu yang mempunyai catatan, rekod-rekod atau bukti-bukti yang konkrit.
Meskipun sebagian besar ilmu pengetahuan
yang dikembangkannya terasa lebih merupakan penjelasan dari hal-hal yang masuk
akal (common-sense explanation), banyak teori-teorinya yang bertahan bahkan
hampir selama dua ribu tahun lamanya.
Hal ini terjadi karena teori-teori tersebut karena dianggap masuk akal dan sesuai dengan pemikiran masyarakat pada umumnya, meskipun kemudian ternyata bahwa teori-teori tersebut salah total karena didasarkan pada asumsi-asumsi yang keliru.
Hal ini terjadi karena teori-teori tersebut karena dianggap masuk akal dan sesuai dengan pemikiran masyarakat pada umumnya, meskipun kemudian ternyata bahwa teori-teori tersebut salah total karena didasarkan pada asumsi-asumsi yang keliru.
Dapat dikatakan bahwa pemikiran
Aristoteles sangat berpengaruh pada pemikiran Barat dan pemikiran keagamaan
lain pada umumnya. Penyelarasan pemikiran Aristoteles dengan teologi
Kristiani dilakukan oleh Santo Thomas Aquinas di abad ke-13,
dengan teologi Yahudi oleh Maimonides (1135 – 1204), dan dengan
teologi Islam oleh Ibnu Rusyid (1126 – 1198). Bagi manusia abad
pertengahan, Aristoteles tidak saja dianggap sebagai sumber yang otoritatif
terhadap logika dan metafisika, melainkan juga dianggap sebagai sumber utama
dari ilmu pengetahuan, atau “the master of those who know”, sebagaimana yang
kemudian dikatakan oleh Dante Alighieri.
SEJARAH FILSAFAT ABAD PERTENGAHAN
Sejarah filsafat abad pertengahan dibagi menjadi dua zaman atau periode,
yakni periode pratistik dan
periode skolastik .
PRATISTIK
Patristik berasal dari kata Latin Patres
yang berarti bapa-bapa greja, ialah ahli agama kristen pada abad permulaan
agama kristen.
Didunia barat agama katolik mulai tersebar
dengan ajaranya tentang tuhan, manusia dan etikanya. Untuk mempertahankan dan
menyebarkanya maka mereka menggunakan filsafat yunani dan memperkembangkanya
lebih lanjut, khususnya menganai soal soal tentang kebebasan manusia,
kepribadian, kesusilaan, sifat tuhan. Yang terkenal Tertulianus (160-222),
origenes (185-254), Agustinus (354-430), yang sangat besar pengaruhnya (De
Civitate Dei).
Pratistik berasal dari kata latin prates
yang berarti Bapa-Bapa Gereja, ialah ahli agama Kristen pada abad permulaan
agama Kristen. Zaman ini muncul pada abad ke-2 sampai abad ke-7, dicirikan
dengan usaha keras para Bapa Gereja untuk mengartikulasikan, menata, dan
memperkuat isi ajaran Kristen serta membelanya dari serangan kaum kafir dan
bid’ah kaum Gnosis. Bagi para Bapa Gereja, ajaran Kristen adalah filsafat yang
sejati dan wahyu sekaligus. Sikap para Bapa Gereja terhadap filsafat yunani
berkisar antara sikap menerima dan sikap penolakan. Penganiayaan keji atas umat
Kristen dan karangan-karangan yang menyerang ajaran Kristen membuat para
bapa gereja awal memberikan reaksi pembelaan (apologia) atas iman
Kristen dengan mempelajari serta menggunakan paham-paham filosofis.
Akibatnya, dalam perjalanan waktu,
terjadilah reaksi timbal balik, kristenisasi helenisme dan helenisasi
kristianisme. Maksudnya, untuk menjelaskan dan membela ajaran iman Kristen,
para Bapa Gereja memakai filsafat Yunani sebagai sarana (helenisme”di
kristenkan”). Namun, dengan demikian, unsur-unsur pemikran kebudayaan
helenisme, terutama filsafat Yunani, bisa masuk dan berperan dalam bidang
ajaran iman Kristen dan ikut membentuknya (ajaran Kristen “di Yunanikan” lewat
gaya dan pola argumentasi filsafat yunani). Misalnya, Yustinus Martir melihat
“Nabi dan Martir” kristus dalam diri sokrates. Sebaliknya, bagi Tertulianus
(160-222), tidak ada hubungan antaraAthena (simbol filsafat) dan Yerussalem
(simbol teologi ajaran kristiani). Bagi Origenes (185-253) wahyu ilahi adalah
akhir dari filsafat manusiawi yang bisa salah. Menurutnya orang hanya boleh
mempercayai sesuatu sebagai kebenaran bila hal itu tidak menyimpang dari
trasdisi gereja dan ajaran para rasul. Pada abad ke-5, Augustinus (354-430)
tampil. Ajarannya yang kuat dipengaruhi neo-platonisme merupakan sumber
inspirasi bagi para pemikir abad pertengahan sesudah dirinya selama sekitar 800
tahun.
Zaman Patristik ini mengalami dua tahap:
1. Permulaan agama
Kristen. Setelah mengalami berbagai kesukaran terutama mengenai filsafat Yunani
maka agama Kristen memantapkan diri. Keluar memperkuat gereja dan ke dalam
menetapkan dogma-dogma.
2. Filsafat
Augustinus yang merupakan seorang ahli filsafat yang terkenal pada masa
patristik. Augustinus melihat dogma-dogma sebagai suatu keseluruhan.
Setelah berakhirnya zaman sejarah filsafat Barat Kuno dengan ditutupnya Akademia
Plato pada tahun 529 oleh Kaisar Justinianus, karangan-karangan peninggalan
para Bapa Gereja berhasil disimpan dan diwariskan di biara-biara yang , pada
zaman itu dan berates-ratus tahun sesudahnya, praktis menjadi pusat-pusat
intelektual berkat kemahiran para biarawan dalam membaca, menulis, dan
menyalinnya ke dalam bahasa Latin-Yunani serta tersedianya fasilitas
perpustakaan.
SCOLASTIK
Zaman Skolastik dimulai sejak abad ke-9.
Kalau tokoh masa Patristik adalah pribadi-pribadi yang lewat tulisannya
memberikan bentuk pada pemikiran filsafat dan teologi pada zamannya, para tokoh
zaman Skolastik adalah para pelajar dari lingkungan sekolah-kerajaan dan
sekolah-katedral yang didirikan oleh Raja Karel Agung (742-814) dan kelak juga
dari lingkungan universitas dan ordo-ordo biarawan.
Dengan demikian, kata “skolastik” menunjuk
kepada suatu periode di Abad Pertengahan ketika banyak sekolah didirikan dan
banyak pengajar ulung bermunculan. Namun, dalam arti yang lebih khusus, kata
“skolastik” menunjuk kepada suatu metode tertentu, yakni “metode skolastik”.
Dengan metode ini, berbagai masalah dan
pertanyaan diuji secara tajam dan rasional, ditentukan pro-contra-nya
untuk kemudian ditemukan pemecahannya. Tuntutan kemasukakalan dan pengkajian
yang teliti dan kritis atas pengetahuan yang diwariskan merupakan ciri filsafat
Skolastik.
Sesudah agustinus: keruntuhan.
Satu-satunya pemukir yang tampil kemuka ialah: Skotus Erigena (810-877).
Kemudian: Skolastik, disebut demikian karena filsafat diajarkan pada
universitas-universitas (sekolah) pada waktu itu. Persoalan-persoalan: tentang
pengertian-pengertian umum (pengaruh plato). Filsafat mengabdi pada theologi.
Yang terkenal: Anselmus (1033-1100), Abaelardus (1079-1142). Periode ini
terbagi menjadi tiga tahap:
1.
Periode Skolstik awal (800-120)
Ditandai dengan pembentukan metode
yang lahir karena hubungan yang rapat antara agama dan filsafat. Ditandai oleh
pembentukan metode yang lahir karena hubungan yang rapat antara agama dan
filsafat. Yang tampak pada permulaan ialah persoalan tentang universalia.
Ajaran Agustinus dan neo-Platonisme mempunyai pengaruh yang luas dan kuat dalam
berbagai aliran pemikiran.
Pada periode ini, diupayakan
misalnya, pembuktian adanya Tuhan berdasarkan rasio murni, jadi tanpa
berdasarkan Kitab Suci (Anselmus dan Canterbury). Selanjutnya, logika
Aristoteles diterapkan pada semua bidang pengkajian ilmu pengetahuan dan
“metode skolastik” dengan pro-contra mulai berkembang (Petrus Abaelardus
pada abad ke-11 atau ke-12). Problem yang hangat didiskusikan pada masa ini
adalah masalah universalia dengan konfrontasi antara “Realisme” dan
“Nominalisme” sebagai latar belakang problematisnya. Selain itu, dalam abad
ke-12, ada pemikiran teoretis mengenai filsafat alam, sejarah dan bahasa,
pengalaman mistik atas kebenaran religious pun mendapat tempat.
Pengaruh alam pemikiran dari Arab
mempunyai peranan penting bagi perkembangan filsafat selanjutnya. Pada tahun
800-1200, kebudayaan Islam berhasil memelihara warisan karya-karya para filsuf
dan ilmuwan zaman Yunani Kuno. Kaum intelektual dan kalangan kerajaan Islam
menerjemahkan karya-karya itu dari bahasa Yunani ke dalam bahasa Arab. Maka,
pada para pengikut Islam mendatangi Eropa (melalui Spanyol dan pulau Sisilia)
terjemahan karya-karya filsuf Yunani itu, terutama karya-karya Aristoteles
sampai ke dunia Barat. Dan salah seorang pemikir Islam adalah Muhammad Ibn
Rushd (1126-1198). Namun jauh sebelum Ibn Rushd, seorang filsuf Islam bernama
Ibn Sina (980-1037) berusaha membuat suatu sintesis antara aliran
neo-Platonisme dan Aristotelianisme.
Dengan demikian, pada gilirannya
nanti terbukalah kesempatan bagi para pemikir kristiani Abad Pertengahan untuk
mempelajari filsafat Yunani secara lebih lengkap dan lebih menyeluruh daripada
sebelumnya. Hal ini semakin didukung dengan adanya biara-biara yang
antara lain memeng berfungsi menerjemahkan, menyalin, dan memelihara karya
sastra.
2.
Periode puncak perkembangan skolastik (abad ke-13)
Periode puncak perkembangan
skolastik : dipengaruhi oleh Aristoteles akibat kedatangan ahli filsafat Arab
dan yahudi. Filsafat Aristoteles memberikan warna dominan pada alam
pemikiran Abad Pertengahan. Aristoteles diakui sebagai Sang Filsuf, gaya
pemikiran Yunani semakin diterima, keluasan cakrawala berpikir semakin
ditantang lewat perselisihan dengan filsafat Arab dan Yahudi.
Universitas-universitas pertama didirikan di Bologna (1158), Paris (1170),
Oxford (1200), dan masih banyak lagi universitas yang mengikutinya. Pada abad
ke-13, dihasilkan suatu sintesis besar dari khazanah pemikiran kristiani dan
filsafat Yunani. Tokoh-tokohnya adalah Yohanes Fidanza (1221-1257), Albertus
Magnus (1206-1280), dan Thomas Aquinas (1225-1274). Hasil sintesis besar ini
dinamakan summa (keseluruhan).
3.
Periode Skolastik lanjut atau akhir (abad ke-14-15)
Periode skolastik Akhir abad ke
14-15 ditandai dengan pemikiran islam yang berkembang kearah nominalisme ialah
aliran yang berpendapat bahwa universalisme tidak memberi petunjuk tentang
aspek yang sama dan yang umum mengenai adanya sesuatu hal. Kepercayaan orang
pada kemampuan rasio member jawaban atas masalah-masalah iman mulai berkurang.
Ada semacam keyakinan bahwa iman dan pengetahuan tidak dapat disatukan. Rasio
tidak dapat mempertanggungjawabkan ajaran Gereja, hanya iman yang dapat
menerimanya.
Salah seorang yang berfikir kritis
pada periode ini adalah Wiliam dari Ockham (1285-1349). Anggota ordo Fransiskan
ini mempertajam dan menghangatkan kembali persoalan mengenai nominalisme yang
dulu pernah didiskusikan. Selanjutnya, pada akhir periode ini, muncul seorang
pemikir dari daerah yang sekarang masuk wilayah Jerman, Nicolaus Cusanus
(1401-1464). Ia menampilkan “pengetahuan mengenai ketidaktahuan” ala Sokrates
dalam pemikiran kritisnya:”Aku tahu bahwa segala sesuatu yang dapat ku ketahui
bukanlah Tuhan”. Pemikir yang memiliki minat besar pada kebudayaan
Yunani-Romawi Kuno ini adalah orang yang mengatur kita memasuki zaman baru,
yakni zaman Modern, yakni zaman Modern yang diawali oleh zaman Renaissans,
zaman “kelahiran kembali” kebudayaan Yunani-Romawi di Eropa mulai abad ke-16.
Baru sesudah tahun 1200 filsafat
berkembang kembali berkat pengaruh filsafat araab yang diteruskan ke Eropa.
SEJARAH FILSAFAT MODERN (Masa Renaissance)
Renaissance berarti “lahir kembali”.
Pengertian riilnya adalah manusia mulai memiliki kesadaran-kesadaran baru yang
mengedepankan nilai dan keluhuran manusia. Suasana dan budaya berpikirnya
memang melukiskan “kembali” kepada semangat awali, yaitu semangat filsafat
Yunani kuno yang mengedepankan penghargaan terhadap kodrat manusia itu sendiri.
Zaman renaissance sering disebut sebagai sebagai zaman
humanisme, sebab pada abad pertengahan manusia kurang dihargai sebagai manusia,
kebenaran diukur berdasarkan kebenaran gereja, bukan menurut yang dibuat
oleh manusia. humanisme menghendaki ukuran haruslah manusia, karena manusia
mempunyai kemampuan berpikir, berkreasi, memilih dan menentukan, maka humanisme
menganggap manusia mampu mengatur dirinya dan mengatur dunianya. Ciri utama
renaissance dengan demikian adalah humanisme, individualisme, lepas dari agama.
Manusia sudah mengandalkan akal (rasio) dan pengalaman (empiris) dalam
merumuskan pengetahuan, meskipun harus diakui bahwa filsafat belum menemukan
bentuk pada zaman renaissance, melainkan pada zaman sesudahnya, yang berkembang
pada waktu itu sains, dan penemuan-penemuan dari hasil pengembangan sains yang
kemudian berimplikasi pada semakin ditinggalkan agama kristen karena semangat
humanisme. Fenomena tersebut cukup tampak pada abad modern.
Filsafat Barat Pada Masa Renaissance
Tidak mudah menentukan batas yang jelas mengenai akhir zaman
pertengahan dan awal yang pasti dari zaman modern. Hal ini disebabkan perbedaan
pandangan para ahli sejarah tentang peralihan zaman pertengahan ke zaman
modern. Sebagian ahli sejarah berpendapat bahwa zaman pertengahan berakhir
ketika Konstantinopel ditaklukkan oleh Turki Usmani pada tahun 1453 M.
Peristiwa tersebut dianggap sebagai akhir zaman pertengahan dan titik awal
zaman modern.
Abad Pertengahan adalah abad ketika alam pikiran dikungkung
oleh Gereja. Dalam keadaan seperti itu kebebasan pemikiran amat dibatasi,
sehingga perkembangan sains sulit terjadi, demikian pula filsafat tidak
berkembang, bahkan dapat dikatakan bahwa manusia tidak mampu menemukan dirinya
sendiri. Oleh karena itu, orang mulai mencari alternatif. Dalam perenungan
mencari alternatif itulah orang teringat pada suatu zaman ketika
peradaban begitu bebas dan maju, pemikiran tidak dikungkung, sehingga sains
berkembang, yaitu zaman Yunani kuno. Pada zaman Yunani kuno tersebut orang melihat
kemajuan kemanusiaan telah terjadi. Kondisi seperti itulah yang hendak
dihidupkan kembali.
Tidak dapat dinafikan bahwa pada abad pertengahan orang
telah mempelajari karya-karya para filosof Yunani dan Latin, namun apa yang
telah dilakukan oleh orang pada masa itu berbeda dengan apa yang diinginkan dan
dilakukan oleh kaum humanis. Para humanis bermaksud meningkatkan perkembangan
yang harmonis dari kecakapan serta berbagai keahlian dan sifat-sifat alamiah
manusia dengan mengupayakan adanya kepustakaan yang baik dan mengikuti kultur
klasik Yunani. Para humanis pada umumnya berpendapat bahwa hal-hal yang alamiah
pada diri manusia adalah modal yang cukup untuk meraih pengetahuan dan
menciptakan peradaban manusia. Tanpa wahyu, manusia dapat menghasilkan karya
budaya yang sebenarnya. Dengan demikian dapat dikatakan bahwa humanisme telah
memberi sumbangannya kepada renaisans untuk menjadikan kebudayaan bersifat
alamiah.
Zaman renaisans banyak memberikan
perhatian pada aspek realitas. Perhatian yang sebenarnya difokuskan pada
hal-hal yang bersifat kongkret dalam lingkup alam semesta, manusia, kehidupan
masyarakat dan sejarah. Pada masa itu pula terdapat upaya manusia untuk memberi
tempat kepada akal yang mandiri. Hal ini dibuktikan dengan perang terbuka
terhadap kepercayaan yang dogmatis dan terhadap orang-orang yang enggan
menggunakan akalnya. Asumsi yang digunakan adalah, semakin besar kekuasaan
akal, maka akan lahir dunia baru yang dihuni oleh manusia-manusia yang dapat
merasakan kepuasan atas dasar kepemimpinan akal yang sehat.
Zaman ini juga sering disebut sebagai Zaman Humanisme.
Maksud ungkapan tersebut adalah manusia diangkat dari Abad pertengahan. Pada
abad tersebut manusia kurang dihargai kemanusiaannya. Kebenaran diukur
berdasarkan ukuran gereja, bukan menurut ukuran yang dibuat oleh manusia
sendiri. Humanisme menghendaki ukurannya haruslah manusia, karena manusia
mempunyai kemampuan berpikir. Bertolak dari sini, maka humanisme menganggap
manusia mampu mengatur dirinya sendiri dan mengatur dunia. Karena semangat
humanisme tersebut , akhirnya agama Kristen semakin ditinggalkan, sementara
pengetahuan rasional dan sains berkembang pesat terpisah dari agama dan
nilai-nilai spiritual.
Menurut Mahmud Hamdi Zaqzuq, ada beberapa faktor penting
yang mempengaruhi kelahiran Renaisans, yaitu:
1.
Implikasi yang sangat signifikan yang ditimbulkan oleh gerakan keilmuan dan
filsafat. Gerakan tersebut lahir sebagai hasil dari penerjemahan ilmu-ilmu
Islam ke dalam bahasa latin selama dua abad, yaitu abad ke-13 dan 14. Bahkan sebelumnya
telah terjadi penerjemahan kitab-kitab Arab di bidang filsafat dan ilmu
pengetahuan. Hal itu dilakukan setelah Barat sadar bahwa Arab memiliki
kunci-kunci khazanah turas klasik Yunani.
2.
Pasca penaklukan Konstantinopel oleh Turki Usmani, terjadi migrasi para pendeta
dan sarjana ke Italia dan negara-negara Eropa lainnya. Para sarjana tersebut
menjadi pionir-pionir bagi pengembangan ilmu di Eropa. Mereka secara
bahu-membahu menghidupkan turas klasik Yunani di Florensia, dengan membawa
teks-teks dan manuskrip-manuskrip yang belum dikenal sebelumnya.
3.
Pendirian berbagai lembaga ilmiah yang mengajarkan beragam ilmu.
Selain itu, ada beberapa faktor yang
dikemukakan Slamet Santoso seperti yang dikutip Rizal Mustansyir, yaitu:
1.
Hubungan antara kerajaan Islam di Semenanjung Iberia dengan Prancis membuat
para pendeta mendapat kesempatan belajar di Spanyol kemudian mereka kembali ke
Prancis untuk menyebarkan ilmu pengetahuan yang mereka peroleh di
lembaga-lembaga pendidikan di Prancis.
2.
Perang Salib (1100-1300 M) yang terulang enam kali, tidak hanya menjadi ajang
peperangan fisik, namun juga menjadikan para tentara atau serdadu Eropa yang
berasal dari berbagai negara itu menyadari kemajuan negara-negara Islam,
sehingga mereka menyebarkan pengalaman mereka itu sekembalinya di negara-negara
masing-masing.
Pada zaman renaisans ada banyak
penemuan di bidang ilmu pengetahuan. Di antara tokoh-tokohnya adalah:
1.
Nicolaus Copernicus (1473-1543)
Ia dilahirkan di Torun, Polandia dan
belajar di Universitas Cracow. Walaupun ia tidak mengambil studi astronomi,
namun ia mempunyai koleksi buku-buku astronomi dan matematika. Ia sering
disebut sebagai Founder of Astronomy. Ia mengembangkan teori bahwa
matahari adalah pusat jagad raya dan bumi mempunyai dua macam gerak, yaitu:
perputaran sehari-hari pada porosnya dan perputaran tahunan mengitari matahari.
Teori itu disebut heliocentric menggeser teori Ptolemaic. Ini
adalah perkembangan besar, tetapi yang lebih penting adalah metode yang dipakai
Copernicus, yaitu metode mencakup penelitian terhadap benda-benda langit dan
kalkulasi matematik dari pergerakan benda-benda tersebut.
2.
Galileo Galilei (1564-1642)
Galileo Galilei adalah salah seorang
penemu terbesar di bidang ilmu pengetahuan. Ia menemukan bahwa sebuah peluru
yang ditembakkan membuat suatu gerak parabola, bukan gerak horizontal yang
kemudian berubah menjadi gerak vertikal. Ia menerima pandangan bahwa matahari
adalah pusat jagad raya. Dengan teleskopnya, ia mengamati jagad raya dan
menemukan bahwa bintang Bimasakti terdiri dari bintang-bintang yang banyak
sekali jumlahnya dan masing-masing berdiri sendiri. Selain itu, ia juga
berhasil mengamati bentuk Venus dan menemukan beberapa satelit Jupiter.
3.
Francis Bacon (1561-1626)
Francis Bacon adalah seorang filosof
dan politikus Inggris. Ia belajar di Cambridge University dan kemudian
menduduki jabatan penting di pemerintahan serta pernah terpilih menjadi anggota
parlemen. Ia adalah pendukung penggunaan scientific methods, ia
berpendapat bahwa pengakuan tentang pengetahuan pada zaman dahulu kebanyakan
salah, tetapi ia percaya bahwa orang dapat mengungkapkan kebenaran dengan inductive
method, tetapi lebih dahulu harus membersihkan fikiran dari prasangka yang
ia namakan idols (arca). Bacon telah memberi kita pernyataan yang klasik
tentang kesalahan-kesalahan berpikir dalam Idols of the Mind.
Bacon menolak silogisme, sebab
dipandang tanpa arti dalam ilmu pengetahuan karena tidak mengajarkan kebenaran-kebenaran
yang baru. Ia juga menekankan bahwa ilmu pengetahuan hanya dapat dihasilkan
melalui pengamatan, eksperimen dan harus berdasarkan data-data yang tersusun.
Dengan demikian Bacon dapat dipandang sebagai peletak dasar-dasar metode
induksi modern dan pelopor dalam usaha sitematisasi secara logis prosedur
ilmiah.
Dalam bidang filsafat, zaman
renaisans tidak menghasilkan karya penting bila dibandingkan dengan bidang seni
dan sains. Filsafat berkembang bukan pada zaman itu, melainkan kelak pada zaman
sesudahnya yaitu zaman modern. Meskipun terdapat berbagai perubahan mendasar,
namun abad-abad renaisans tidaklah secara langsung menjadi lahan subur bagi
pertumbuhan filsafat. Baru pada abad ke-17 dengan dorongan daya hidup yang kuat
sejak era renaisans, filsafat mendapatkan pengungkapannya yang lebih jelas.
Jadi, zaman modern filsafat didahului oleh zaman renaisans. Ciri-ciri filsafat
renaisans dapat ditemukan pada filsafat modern. Ciri tersebut antara lain,
menghidupkan kembali rasionalisme Yunani, individualisme, humanisme, lepas dari
pengaruh agama dan lain-lain.
Pada abad ke-17 pemikiran renaisans
mencapai kesempurnaannya pada diri beberapa tokoh besar. Pada abad ini tercapai
kedewasaan pemikiran, sehingga ada kesatuan yang memberi semangat yang
diperlukan pada abad-abad berikutnya. Pada masa ini, yang dipandang sebagai
sumber pengetahuan hanyalah apa yang secara alamiah dapat dipakai manusia,
yaitu akal (rasio) dan pengalaman (empiri). Sebagai akibat dari kecenderungan
berbeda dalam memberi penekanan kepada salah satu dari keduanya, maka pada abad
ini lahir dua aliran yang saling bertentangan, yaitu rasionalisme yang memberi
penekanan pada rasio dan empirisme yang memberi penekanan pada empirisme.
SEJARAH PERKEMBANGAN FILSAFAT ABAD (ABAD KE-20 DAN SETERUSNYA)
Melihat sejarah perkembangan filsafat zaman kontemporer tidak lain
adalah mengamati pemanfaatan dan pengembangan lebih lanjut dari sejarah
filsafat sebelumnya. Yang dimaksud dengan zaman kontemporer adalah era
tahun-tahun terakhir yang kita jalani hingga saat sekarang ini.
Karakteristik filsafat di zaman
kontemporer ini yaitu :
1. Membuat deskripsi tentang
perkembangan filsafat di zaman kontemporer berarti menggambarkan aplikasi ilmu
dan teknologi
dalam berbagai sektor kehidupan manusia.
2. Filsafat pada zaman kontemporer
tidak segan-segan melakukan dekonstruksi (perbaikan) dan peruntuhan terhadap teori-teori ilmu yang
pernah ada untuk kemudian menyodorkan pandangan-pandangan baru dalam
rekonstruksi ilmu yang mereka bangun.
Di antara ilmu khusus, bidang fisika menempati kedudukan yang paling
tinggi dan banyak dibicarakan oleh para filsuf. Menurut Trout, fisika dipandang
sebagai dasar ilmu pengetahuan yang subjek materinya mengandung unsur-unsur
fundamental yang membentuk alam semesta. Secara historis hubungan antara fisika
dengan filsafat terlihat dalam dua cara :
1. Diskusi filosofis mengenai metode
fisika dan dalam interaksi antara pandangan substansial tentang fisika misalnya
tentang materi, kuasa, konsep ruang, dan waktu.
2. Ajaran filsafat tradisional yang
menjawab tentang materi, kuasa, ruang dan waktu.
Fisikawan Albert Einstein menyatakan alam itu tidak berhingga besarnya
dan tidak terbatas, tetapi juga tidak berubah status totalitasnya atau bersifat
statis dari waktu ke waktu. Einstein percaya akan kekekalan materi, berarti
alam semesta itu kekal, dengan kata lain tidak mengakui adanya
penciptaan alam.
Zaman kontemporer ini juga ditandai dengan penemuan berbagai teknologi
canggih seperti teknologi komunikasi, komputer, satelit komunikasi, internet,
dan sebagainya.
Bidang ilmu lain juga mengalami
kemajuan pesat, sehingga terjadi spesialisasi ilmu yang semakin tajam. Ilmuwan
kontemporer mengetahui hal yang sedikit, tetapi secara mendalam.
Disamping kecenderungan ke arah spesialisasi,
kecenderungan lain adalah sintesis antara bidang ilmu satu dengan yang lainnya.
Sehingga dihasilkannya bidang-bidang ilmu baru.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar